Pemberian Pupuk Kandang Dan Kapur Dalam Meningkatkan Produksi Benih Jagung Hibrida Di Lahan Kering

Dalam upaya memenuhi kebutuhan jagung secara berkesinambungan, diperlukan varietas yang mampu tumbuh optimal pada berbagai keadaan lahan, terutama lahan kering. Lahan kering yang ada umumnya didominasi oleh lahan marginal ( Podsolik) dan tidak menguntungkan bagi tanaman. Sifat dari lahan tersebut adalah mempunyai kemasaman tanah yang tinggi pH ( 3, 5-5, 5) , status hara rendah terutama N, P, K dan Ca serta kepasitas tukar kation dan kejenuhan basa rendah. Untuk mengatasi permasalahan tanah masam salah satunya adalah dengan pengapuran.
Selain pengapuran, pemberian bahan organik juga merupakan salah satu cara mengatasi lahan masam, yang bertujuan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang baik serta memberikan hasil yang optimal, disamping itu juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk. Pemberian bahan organik pada tanah masam penting karena dapat menurunkan kalarutan Al dan Fe sehingga fiksasi fosfat oleh unsur tersebut dapat dikurangi.



Penelitian telah dilaksanakan di kebun percobaan BPTP Kalimantan Timur, mula bulan Juli sampai Desember 2003. Bahan yang digunakan adalah tetua jantan GM 15, betina ST 2630, kapur dolomit 2 t/ ha, pupuk kandang ayam 10 t/ ha, Urea 300 kg/ ha, SP-36 100 kg/ ha dan KCL 50 kg/ ha, Furadan, Marshal. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan. Perlakuannya adalah : ( 1) tanpa pupuk kandang dan kapur; ( 2) tanpa pupuk kadang diberi kapur; ( 3) diberi pupuk kandang tanpa kapur, dan ( 4) diberi pupuk kandang dan kapur.
Lahan diolah secara minimum tillage, kemudian dilakukan pembuatan lubang tanam. Pupuk organik dan kapur diberikan satu minggu menjelang tanam, dengan cara dimasukkan kedalam lubang tanam, sedangkan pupuk an organik diberikan 1/ 3 bagian Urea serta SP-36 dan KCL seluruhnya saat tanam. Umur satu bulan dilakukan pemupukan susulan sekaligus dengan penyiangan dan pembumbunan. Lokasi penanamam terisolasi maksudnya pada saat berbunga tidak bersamaan dengan jagung varietas lain serta jarak dengan varietas lain paling kurang 200 meter dan tidak menggunakan lahan bekas pertanaman jagung. Penamanam dilakukan dengan cara tugal 2 biji/ lubang dengan jarak tanam 75x40 cm. Sebelum tanam benih dicampur dengan Marshal 5 g/ l kg benih. Penanaman tetua jantan dilakukan 5 hari lebih awal dari tetua betina. Perbandingan baris tanaman betina dan tanaman jantan adalah 4: 1.
Penggunaan pupuk kandang dan kapur berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Pemberian pupuk kandang yang dikombinasikan dengan kapur menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi pada GM 15 dan ST 2630, umur 15 dan 45 hari setelah tanam yaitu ( 66, 4 dan 233, 9 cm) dan ( 69, 7 dan 229, 2 cm) terendah terdapat pada kombinasi tanpa pupuk kandang dan kapur yaitu ( 46, 4 dan 215, 7 cm) pada GM 15 dan ( 47, 0 dan 212, 5 cm) pada ST 2630.
Peningkatan pertumbuhan disebabkan adanya unsur hara makro dan mikro yang ada dalam tanah, dan diserap oleh tanaman akibat pemberian pupuk kandang dan kapur. Penambahan bahan organik kedalam tanah dapat meningkatkan serapan P tanaman melalui proses khelasi karena asam-asam organik yang dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik akan mengikat Fe dan Al yang mengikat P dalam tanah.
Pengapuran pada tanah masam berpengaruh baik bagi perkembangan akar tanaman, karena dapat mengurangi stress tanaman terhadap keracunan Al dan dapat mensuplei unsur hara yang dibutukan tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang baik bagi tanaman.
Komponen hasil yang diamati meliputi; jumlah baris pertongkol, jumlah biji perbaris, dan bobot 100 biji. Kombinasi pupuk kandang dan kapur hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah biji perbaris pada tongkol, sedangkan terhadap jumlah baris pertongkol dan bobot 100 biji pengaruhnya tidak nyata. Namun dari rata-rata jumlah baris pertongkol paling tinggi terdapat pada kombinasi pemberian pupuk kandang dan kapur yaitu 29 buah pertongkol, dan terendah pada kombinasi tanpa pupuk kandang dan kapur yaitu 25, 6 buah pertongkol. Jumlah biji perbaris paling tinggi juga terdapat pada kombinasi pemberian pupuk kandang dan kapur yaitu 28.9 buah perbaris dan terendah pada kombinasi tanpa pupuk kandang dan kapur yaitu 25.6 buah perbaris.
Komponen hasil dari persilangan GM 15 dengan ST 2630 pada perlakuan pemberian pupuk kandang dan pengapuran memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap hasil. Terlihat bahwa produksi semar 3 layak benih, tidak layak benih dan jumlah tongkol muda paling tinggi terdapat pada kombinasi pemberian pupuk kandang dengan kapur yaitu 1, 765 kg/ ha, 986, 6 kg/ ha dan 10.759 buah tongkol muda perhektar, sedangkan yang terendah terdapat pada kombinasi tanpa perlakuan pupuk kandang dengan kapur.