VARIETAS UNGGUL UBI KAYU


A. Untuk Bahan pangan
Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan
dasar berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan varietas ubi kayu harus disesuaikan
untuk peruntukannya. Di daerah dimana ubikayu dikonsumsi secara langsung untuk
bahan pangan diperlukan varietas ubi kayu yang rasanya enak dan pulen dan
kandungan HCN rendah. Berdasarkan kandungan HCN ubi kayu dibedakan menjadi
ubi kayu manis/tidak pahit, dengan kandungan HCN < 40 mg/kg umbi segar, dan
ubikayu pahit dengan kadar HCN ≥ 50 mg/kg umbi segar. Kandungan HCN yang
tinggi dapat menyebabkan keracunan bagi manusia maupun hewan, sehingga tidak
dianjurkan untuk konsumsi segar. Untuk bahan tape (peuyem) para pengrajin suka
umbi ubi kayu yang tidak pahit, rasanya enak dan daging umbi berwarna kekuningan
seperti varietas lokal Krentil, Mentega, atau Adira-1. Tetapi untuk industri pangan
yang berbasis tepung atau pati ubikayu, diperlukan ubi kayu yang umbinya berwarna
putih dan mempunyai kadar bahan kering dan pati yang tinggi. Untuk keperluan
industri tepung tapioka, umbi dengan kadar HCN tinggi tidak menjadi masalah karena
bahan racun tersebut akan hilang selama pemrosesan menjadi tepung dan pati,
misalnya UJ-3, UJ-5, MLG-4, MLG-6 atau Adira-4.
Hingga tahun 2009, Departemen Pertanian secara resmi baru melepas 10 varietas
unggul dan lima di antaranya sesuai untuk pangan (Tabel 1).



Tabel 1. Varietas unggul ubikayu yang sesuai untuk pangan beserta
karakteristiknya

Adira 1
- Tidak pahit
- Sesuai untuk pangan
- Agak tahan tungau merah (Tetranichus
bimaculatus)
- Tahan bakteri hawar daun, penyakit layu
Pseudomonas solanacearum, dan
Xanthomonas manihotis

Malang 1
- Tidak pahit
- Sesuai untuk pangan
- Toleran tungau merah (Tetranichus
bimaculatus)
- Toleran bercak daun (Cercospora sp.)
-Adaptasi cukup luas

Malang 2
- Tidak pahit
- Sesuai untuk pangan
- Agak peka tungau merah (Tetranichus
bimaculatus)
- Toleran penyakit bercak daun
(Cercospora sp.)

Darul Hidayah
- Tidak pahit
- Sesuai untuk pangan
- Agak peka tungau merah (Tetranichus
sp.)
- Agak peka busuk jamur (Fusarium sp.)

Selain peruntukannya, pemilihan dan penerimaan suatu varietas ubi kayu oleh
petani dan pengguna lainnya juga ditentukan oleh umur tanaman, keragaan dan sifat
ketahanannya terhadap gangguan hama dan penyakit tanaman. Pada umumnya petani
sangat fanatik terhadap varietas lama maupun unggul lokal yang telah dikenal luas
oleh masyarakat luas sehingga pasarnya jelas.

B. Untuk Bahan Baku Industri
Dari produk antara berupa tepung dan pati ubikayu dapat dikembangkan
berbagai produk industri baik melalui proses dehidrasi, hidrolisis, maupun fermentasi.
Sebagai bahan baku industri, jenis ubi kayu yang memiliki potensi hasil tinggi, kadar
bahan kering dan kadar pati tinggi, dianggap paling sesuai untuk bahan baku industri.
Beberapa varietas unggul yang telah dilepas Pemerintah dan sesuai untuk bahan baku
industri antara lain: Varietas Adhira-4, MLG-6, UJ-3, UJ-5, MLG-6 yang telah
banyak ditanam petani di propinsi Jawa Timur dan Lampung (Tabel 2).
Secara umum, jenis ubi kayu yang memiliki potensi hasil dan kadar pati tinggi,
dianggap paling sesuai untuk bahan baku industri. Sebagai bahan baku industri, kadar
HCN yang tinggi tidak menjadi masalah karena sebagian besar HCN akan hilang pada
proses pencucian, pemanasan maupun pengeringan.
Sifat fisik, seperti ukuran granula pati dan sifat kimia lainnya, seperti kadar
amilosa/amilopektin yang berperan dalam proses gelatinisasi dan sifat amilografi,
yang meliputi suhu dan waktu gelatinisasi serta viskositas puncak, belum banyak
diteliti dalam kaitannya dengan produksi bioetanol. Pati dengan ukuran granula kecil
dilaporkan memiliki daya serap air yang lebih baik dan lebih mudah dicerna oleh
enzim (BIOTEC, 2003). Sementara rendemen glukosa yang dihasilkan, dipengaruhi
oleh tinggi dan panjang rantai amilosa. Semakin panjang rantai amilosa akan
dihasilkan rendemen gula yang semakin tinggi karena diduga berkaitan dengan
kemudahan enzim -amilase untuk memecah ikatan lurus 1,4  glikosidik dibanding
ikatan cabang 1,6  glikosidik pada amilopektin (Richana et al., 2000). Pati dengan
kadar amilosa tinggi lebih sesuai karena proporsi partikel pati tidak larutnya
(insoluble starch particles) lebih rendah sehingga relatif lebih mudah dihidrolisis baik
dengan asam maupun enzim. Oleh karena itu selain kadar pati, kadar gula total juga
menentukan kesesuaiannya sebagai bahan baku etanol
Tabel 2. Varietas unggul ubikayu yang sesuai untuk bahan baku industri beserta
karakteristiknya

Adira 2
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
- Cukup tahan tungau merah (Tetranichus
bimaculatus)
- Tahan penyakit layu Pseudomonas
solanacearum

Adira 4
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
- Cukup tahan tungau merah (Tetranichus
bimaculatus)
- Tahan terhadap Pseudomonas
solanacearum dan Xanthomonas manihotis

UJ-3
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
- Agak tahan bakteri hawar daun (Cassava
Bacterial Blight)
UJ-5
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
Agak tahan CBB (Cassava Bacterial Blight)

Malang 4
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
- Agak tahan tungau merah (Tetranichus
sp.)
-Adaptif terhadap hara sub-optimal

Malang 4
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
- Agak tahan tungau merah (Tetranichus
sp.)
-Adaptif terhadap hara sub-optimal

Malang 6
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
- Agak tahan tungau merah (Tetranichus
sp.)
-Adaptif terhadap hara sub-optimal

Budidaya Jamur Tiram Dengan Sistem Susun


Di Indonesia jamur tiram merupakan komoditi yang mempunyai prospek sangat
baik untuk dikembangkan, baik untuk mencukupi pasaran dalam negeri yang terus
meningkat maupun untuk ekspor, sebab masyarakat sudah mulai mengerti nilai gizi jamur
tiram putih ataupun coklat. Adapun nilai gizi jamur tiram putih menurut Cahyana dkk
(1999) adalah sebagai berikut : protein (27 %), lemak (1,6 %), karbohidrat (58 %), serat
(11,5 %), abu (0,3 %), dan kalori (265) kalori.




Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu karena jamur ini banyak
tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk. Disebut jamur tiram karena bentuk
tudungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang tiram Batang atau
tangkai jamur ini tidak tepat berada pada tengah tudung, tetapi agak ke pinggir. Jamur
tiram merupakan salah satu jamur yang enak dimakan dan mempunyai kandungan gizi
yang cukup tinggi sehingga tidak mengherankan bila jenis jamur ini sekarang banyak
dibudidayakan. Jamur tiram putih, abu-abu dan cokelat paling banyak dibudidayakan karena mempunyai

sifat adaptasi dengan lingkungan yang baik dan tingkat produktivitasnya cukup tinggi.

Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi dibandingkan suhu
pada saat pertumbuhan (pembentukan tubuh buah jamur). Suhu inkubasi jamur tiram
berkisar antara 22-28 oC dengan kelembaban 60-80 %, sedangkan suhu pada
pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22 oC dengan kelembaban 80-90 %.
Pengaruh suhu dan kelembaban tersebut di dalam ruangan dapat dilakukan dengan
menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan. Pengaturan kondisi lingkungan sangat
penting bagi pertumbuhan tubuh buah. Apabila suhu terlalu tinggi, sedangkan
kelembaban terlalu rendah maka primordia (bakal jamur) akan kering dan mati. Di
samping suhu dan kelembaban, faktor cahaya dan sirkulasi udara perlu diperhatikan
dalam budidaya jamur tiram. Sirkulasi udara harus cukup, tidak terlalu besar tetapi tidak
pula terlalu kecil. Intensitas cahaya yang diperlukan pada saat pertumbuhan sekitar 10
%, maka dari itu dalam budidaya jamur dibuat kubung (rumah jamur tertutup)




Budidaya Jamur Tiram dengan Media Serbuk Kayu
Untuk budidaya jamur tiram dapat menggunakan serbuk kayu (serbuk gergaji).
Kelebihan penggunaan serbuk kayu sebagai media antara lain mudah diperoleh dalam
bentuk limbah sehingga harganya relatif murah, mudah dicampur dengan bahan-bahan
lain pelengkap nutrisi, serta mudah dibentuk dan dikondisikan. Bahan-bahan untuk
budidaya jamur tiram yang perlu dipersiapkan terdiri dari bahan baku dan bahan
pelengkap.



Bahan baku (serbuk kayu/gergaji) yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur
mengandung karbohidrat, serat lignin, dan lain-lain. Dari kandungan kayu tersebut ada
yang berguna dan membantu pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat.
Kandungan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur antara lain karbohidrat, lignin, dan
serat, sedangkan faktor yang menghambat antara lain adanya getah dan zat ekstraktif (zat
pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu serbuk kayu yang digunakan
untuk budidaya jamur sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung
zat pengawet alami, tidak busuk dan tidak ditumbuhi oleh jamur atau kapang lain.
Serbuk kayu yang baik adalah serbuk yang berasal dari kayu keras dan tidak banyak
mengandung minyak ataupun getah. Namun demikian serbuk kayu yang banyak mengandung minyak maupun getah dapat pula digunakan sebagai media dengan cara
merendamnya lebih lama sebelum proses lebih lanjut.

Bahan-bahan lain yang digunakan dalam budidaya jmur pada media plastik (log)
terdiri dari beberapa macam yaitu bekatul (dedak padi), kapur (CaCO3), gips (CaSO4).
Penggunaan kantong plastik (log) bertujuan untuk mempermudah pengaturan kondisi
(jumlah oksigen dan kelembaban media) dan penanganan media selama pertumbuhan.
Kantong plastik yang digunakan adalah plastik yang kuat dan tahan panas sampai
dengan suhu 100 oC, Jenis plastik biasanya dipilih dari jenis polipropilen (PP). Ukuran
dan ketebalan plastik terdiri dari berbagai macam. Beberapa ukuran plastik yang biasa
digunakan dalam budidaya jamur antara lain 20 x 30 cm, 17 x 35 cm, 14 x 25 cm dengan
ketebalan 0,3 mm – 0,7 mm atau dapat lebih tebal lagi.



Adapun bahan tambahan bekatul ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media
tanam sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan nitrogen. Bekatul yang
digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi, misalnya padi jenis IR, pandan wangi,
rojo lele, ataupun jenis lainnya. Bekatul sebaiknya dipilih yang masih baru, belum bau
(penguk=jawa), dan tidak rusak.
Kapur merupakan bahan yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca). Di
samping itu, kapur juga digunakan untuk mengatur pH media. Kapur yang digunakan
adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Unsur kalsium dan karbon
digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur bagi pertumbuhannya.
Gips (CaSO4) digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk
memperkokoh media. Dengan kondisi yang kokoh maka diharapkan media tidak mudah
rusak.

Budidaya Bunga Sedap Malam Roro Anteng

Bunga Sedap Malam (Polianthes tuberosa) lebih cocok dibudidayakan di tanah
liat/lempung (sawah) serta memiliki persediaan air irigasi yang memadai. Tempat penanaman
harus terbuka dan tidak dinaungi oleh pepohonan.
Sedap malam merupakan tanaman introduksi dan telah ditanam sejak lama,
sehingga dianggap sebagai varietas lokal. Kultivar lokal sedap malam berbunga
semi ganda asal Pasuruan telah dilepas sebagai varietas unggul nasional
dengan nama Roro Anteng oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
Timur bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan. Sementara
sedap malam berbunga ganda asal Cianjur telah dilepas oleh Balai Penelitian
Tanaman Hias bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur sebagai
varietas unggul nasional dengan nama Dian Arum.



Syarat tumbuh
Sedap malam berbunga tunggal dan semi ganda lebih cocok ditanam di
dataran rendah dengan elevensi di bawah 50 m diatas permukaan laut. Sedap malam berbunga
ganda cocok ditanam di daerah dengan elevensi di atas 100 m sampai 600 m
diatas permukaan laut. Bila sedap malam berbunga tunggal dan semi ganda ditanam di dataran
sedang, maka bunga yang dihasilkan akan memiliki tangkai bunga yang agak
panjang, lentur dan kurang kekar serta malai bunga berbentuk agak panjang dan
bagian ujung malai terkulai dengan jumlah kuntum bunga lebih sedikit.
Kualitasnya menjadi tidak bagus dan menjadi tidak layak untuk dijual.

Benih
Benih atau bibit sedap malam berupa umbi yang diperoleh dari tanaman
produksi yang telah berumur lebih dari 1,5 tahun. Ukuran (diameter) umbi rata-rata
1 – 2 cm dan telah dikeringkan selama lebih kurang 2 – 3 minggu di bawah
terik matahari. Sebaiknya umbi disimpan lebih dahulu antara 1 – 2 bulan
sebelum tanam dengan tujuan agar setelah ditanam tunas akan lebih cepat
keluar.

Pengolahan tanah
Tanah dibersihkan dari gilma dan dicangkul sampai halus. Kemudian dibuat
bedengan dengan lebar 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang tergantung luas
lahan. Setiap bedengan terdiri dari tiga baris tanaman.
Pupuk dan pemupukan :
Pupuk kandang dapat berupa kotoran ayam, kuda, domba atau kompos yang
telah matang (siap pakai). Dosis sebanyak 20 sampai 30 ton/ha atau 2 – 3 kg
per m2. Pupuk kandang ditaburkan merata setelah bedengan dibuat dan ditutup
dengan tanah pada saat merapikan bedengan (1 minggu sebelum tanam).
Pemberian pupuk kandang berikutnya dilakukan dengan interval 5 – 6 bulan.
Pupuk NPK diberikan sebulan setelah tanam atau diperkirakan akar pada umbi
telah tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga pupuk yang diberikan
dapat diserap langsung oleh tanaman. Dosis pupuk sebayak 200 kg/ha atau
200g/m2. Pemberian pupuk NPK berikutnya dilakukan dengan interval 3 bulan.
Selain itu, pupuk daun dapat juga disemprotkan sesuai dengan dosis anjuran
dengan interval 2 minggu.



Penanaman
Jarak tanam yang digunakan adalah 30 cm antar barisan dan 25 cm dalam
barisan. Sebelum penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan
kedalaman sekitar 5 cm, kemudian umbi sedap malam dimasukkan ke dalam
lubang dan ditutup dengan tanah.

Hama dan Penyakit
Hama utama yang menyerang tanaman sedap malam adalah thrips
(Thaeniothrip sp.), kutu dompolan atau mealybugs (Dysmicoccus brevipes) dan
kutu perisai (Coccus sp.). Ketiga hama tersebut akan muncul pada musim
kemarau yang panjang.
Thrips mulai menyerang sejak awal penanaman hingga sedap malam
berbunga. Hama tersebut ditemukan pada celah-celah antar daun dan juga
pada daun yang masih menguncup. Awal serangan ditandai dengan adanya
bekas gigitan pada permukaan daun dan akhirnya berubah menjadi kecoklatan
bila serangan sudah lanjut. Sebagai tindakan awal pengendalian dapat
digunakan kertas berperekat warna kuning. Untuk mengendalikan hama
tersebut dapat digunakan insektisida berbahan aktif dimetoat atau diafentiuron
sesuai dengan dosis anjuran.

Pemeliharaan
Pemeliharaan berupa penyiangan dan pengairan dapat dilakukan satu bulan
satu kali. Sementara penyiraman dilakukan satu minggu satu kali. Pada musim
kemarau yang panjang pengairan dilakukan dengan cara memenuhi saluran
antar bedengan dengan air sampai penuh dan dibiarkan satu malam. Tindakan
tersebut sangat bermanfaat untuk mencegah serangan hama kutu dompolan
agar tidak sampai ke bagian umbi sedap malam.

Panen bunga
Umumnya tanaman sedap malam akan berbunga pada umur 4 – 5 bulan
setelah tanam. Panen bunga sebagai bunga potong dilakukan saat satu atau
dua kuntum bunga telah mekar. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong
tangkai bunga dengan gunting atau menarik tangkai bunga hingga terlepas dari
rumpun tanaman. Masa produktif tanaman sedap malam mencapai umur 2
tahun setelah tanam. Setiap rumpun tanaman dapat menghasilkan bunga 3 – 5
tangkai bunga potong.

Sumber: Tabloid Sinar Tani

CARA MUDAH MEMBUAT PUPUK ORGANIK CAIR

Untuk membuat POC banyak media dan bahan yang dapat kita gunakan. Berikut ini adalah salah satu cara yang amat mudah untuk membuat pupuk organik cair ( POC ). Gambar di bawah ini adalah salah satu cara yang dapat kita lakukan.


Cara Mudah Buat Pupuk Organik Cair


 
Bahan dan alat:
Kotoran domba/kambing
Air bersih (dalam artian tidak tercemar bahan kimia beracun/berbahaya)
Ragi tape (boleh ditambah bioaktivator seperti yang banyak dijual di pasar, kalau ada)
Tong/drum ukuran volume 100-120 liter
Setelah satu pekan, pupuk dapat digunakan. Paling cocok untuk diterapkan pada tanaman hortikultura.
Sebelum digunakan untuk memupuk, campurkan 15 cc air POC ke dalam 1 liter air. Berikan pada tanaman 1 minggu 1 kali. Manfaatnya adalah keniscayaan.
Bila POC tsb sudah kita buat maka aplikasi dapat lakukan setiap 10 hari sekali atau bisa juga setiap 7 hari sekali. Dengan memakai POC tsb maka penggunaan pupuk kimia bisa kita kurangi.

Sumber : http://dusunlaman.net/2009/01/cara-mudah-membuat-pupuk-organik-cair-poc/

Cara Budidaya Pisang

1. SEJARAH SINGKAT
Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara (termasuk Indonesia). Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan
Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang.










2. JENIS TANAMAN
Klasifikasi botani tanaman pisang adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa spp.
Jenis pisang dibagi menjadi tiga:
1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var
Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya
pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
2) Pisang yang dimakan setelah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma
typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk
dan kepok.
3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di Indonesia dimanfaatkan daunnya.
Misalnya pisang batu dan klutuk.
4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).

3. MANFAAT TANAMAN
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral
dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan
tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses
fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus
berbagai macam makanan trandisional Indonesia.
Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang
yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak
ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput
tidak/kurang tersedia.
Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri
dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat
sakit kencing dan penawar racun.

4. SENTRA PENANAMAN
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tanaman pisang. Pusat
produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon.
Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di Indonesia. Walaupun
demikian Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang
segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri
Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997
adalah ke Cina.

5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun
demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air,
pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi
produksinya tidak dapat diharapkan.
2) Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
3) Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi
curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak
tergenang.
5.2. Media Tanam
1) Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah
berat. Tanaman ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah
berhumus dengan pemupukan.
2) Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertanaman
pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50
- 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150
cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang
yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah
yang mengandung garam 0,07%.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di Indonesia umumnya dapat
tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon,
nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl

6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).
1) Persyaratan Bibit
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi
15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit
akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit
anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik
digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di
dalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun
masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada
bibit dengan daun yang lebar.
2) Penyiapan Bibit
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri.
Tanaman untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu
pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu
banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.
3) Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi
perlakuan sebagai berikut:
a) Setelah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi
mengering. Buang daun-daun yang lebar.
c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama
10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
d) Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air
panas beberapa menit.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Pembukaan Lahan
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan
letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan
sosial.
Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput
atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan
sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.
2) Pembentukan Sengkedan
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan
tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan
rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tanaman
legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi,
pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.
3) Pembuatan Saluran Pembuangan Air
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah
datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi
dari landasan saluran itu sendiri.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman
Jarak tanam tanaman pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama
memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tanaman lorong di antara
tanaman pisang. Tanaman tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau
tanaman pangan semusim.
Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi,
pisang ditanam bersama-sama dengan tanaman perkebunan kopi, kakao, kelapa
dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen
dengan kelapa.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau
40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah
sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
3) Cara Penanaman
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum
tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15–
20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang.
Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun
terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). Setelah
5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tanaman yang baru.
2) Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan
juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan
penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak.
Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah
permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
3) Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tanaman dan
sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.
4) Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang
memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur
sebagai sumber kalsium.
Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan
yang mengitari rumpun tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam
setahun).
5) Pengairan dan Penyiraman
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya
terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air
yang berada di antara barisan tanaman pisang.
6) Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah.
Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma,
tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal
sehingga pada waktu kemarau tanaman merana. Karena itu mulsa tidak boleh
dipasang terus menerus.
7) Pemeliharaan Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong
agar pertumbuhan buah tidak terhambat. Setelah sisir pisang mengembang
sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung
plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25
cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa
sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah
ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tanaman tidak rebah akibat
beratnya tandan, batang tanaman disangga dengan bambu yang dibenamkan
sedalam 30 cm ke dalam tanah.

7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubun g
dan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan menggunakan insektisida
yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke
atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian:
sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit
yang telah disucihamakan.
3) Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis).
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman kelihatan merana, terbentuk
rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan
bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan
dengan kadar lempung kecil.
4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah
abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
Pengendalian: dengan menggunakan insektisida.
7.2. Penyakit
1) Penyakit darah
Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah
jaringan tanaman bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan
seperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tanaman
yang sakit.
2) Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam,
pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam.
Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
3) Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan
gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: dengan
menggunakan fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux
(BB).
4) Layu
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tanaman
layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tanaman yang sakit.
5) Daun pucuk
Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian
yang diserang adalah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara
berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tanaman yang
sakit.
7.3. Gulma
Tidak lama setelah tanam dan setelah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan
menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan:
1) Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon.
2) Menanam tanaman penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan,
tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya
Geophila repens.
3) Menutup tanah dengan plastik polietilen.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh
umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera.
Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah
yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan
pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan
sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya
buah pisang masih tahan disimpan 10 hari setelah diterima konsumen.
8.2. Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang
diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan
bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik
supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah.
Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat diakibatkan oleh
pergesekan buah dengan tanah.
Setelah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali.
Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari
permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan
tunas.
8.3. Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali
tergantung pengaturan jumlah tanaman produktif.
8.4. Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di Indonesia, di sentra pisang dunia produksi 28
ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk
perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang
ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
9. PASCAPANEN
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk
mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan menggunakan
kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan
dari tandannya kemudian dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan
dilakukan dengan menggunakan wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke
dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di
ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.

Budidaya Pepaya California

Salah satu jenis pepaya yang mulai marak dikebunkan adalah pepaya california. Pepaya california memiliki keunggulan diantaranya buah tidak terlalu besar dengan ukuran antara 0,8 - 2 kg /buah, berkulit tebal, berbentuk lonjong, buah matang berwarna kuning, rasanya manis, daging buahnya tebal dan kenyal.

Pepaya california termasuk jenis unggul dan berumur genjah. Batangnya lebih pendek dari jenis pepaya lain yaitu sekitar 2 meter dan buah dapat dipanen setelah umur 7 sampai 9 bulan. Pohon dapat berbuah hingga umur 4 tahun. Dalam 1 bulan bisa dipanen sampai 4 kali. Sekali panen, pohon pepaya california bisa menghasilkan 10 sampai 20 buah. Dengan sekali panen tiap minggu bisa mencapai 2 ton per hektar.




SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Angin diperlukan untukpenyerbukan bunga. Angin yang tidakterlalu kencang
sangat cocok bagi pertumbuhan tanaman.
2) Tanaman pepaya tumbuh subur pada daerah yang memilki curah hujan 1000-
2000 mm/tahun.
3) Suhu udara optimum 22-26 derajat C.
4) Kelembaban udara sekitar 40%.
5.2. Media Tanam
1) Tanah yang baik untuk tanaman pepaya adalah tanah ynag subur dan banyak
mengandung humus. Tanah itu harus banyak menahan air dan gembur.
2) Derajat keasaman tanah ( pH tanah) yang ideal adalah netral dengan pH 6-7.
3) Kandungan air dalam tanah merupakan syarat penting dalam kehidupan tanaman
ini. Air menggenang dapat mengundang penyakit jamur perusak akar hingga
tanaman layu (mati). Apabila kekeringan air, nama tamanan akan kurus, daun,
bunga dan buah rontok. Tinggi air yang ideal tidak lebih dalam daripada 50–150
cm dari permukaan tanah.
5.3. Ketinggian Tempat
Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700 m–1000 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit/Benih
Sebagai bibit dipergunakan biji, meskipun pohon pepaya dapat di okulasi. Untuk
memperoleh biji bakal bibit yang baik dan murni dilakukan melalui pembijian
sendiri dengan jalan perkawinan buatan. Cara perkawinan buatan ada 2 yaitu:
a) Bunga-bunga dari tanaman betina ambil yang besar, dibungkus dengan kertas
plastik selama 2 hari, sebelumnya bunga-bunga betina membuka. Pada waktu
bunga-bunga itu membuka lakukan penyerbukan dengan bungan-bunga jantan
yang di kepyok-kepyokan di atas bunga betina. Perkawinan di lakukan hingga 3
kali.
b) Cari pepaya california yang berbunga dan berbuah terus menerus pilihlah bunga
elongata yang terbesar yang hampir mekar dan terletak pada ujung tangkai.
Kemudian bunga tersebut dibungkus dengan kantung agar tidak diserbuki
secara alami oleh bunga lain selama 10 hari.
Biji-biji yang digunakan sebagai bibit diambil dari buah-buah yang telah masak
benar dan berasal dari pohon pilihan. Buah pilihan tersebut di belah dua untuk
diambil biji-bijinya. Biji yang dikeluarkan kemudian dicuci bersih hingga kulit yang
menyelubungi biji terbuang lalu dikeringkan ditempat yang teduh.
Biji yang segar digunakan sebagai bibit. Bibit jangan diambil dari buah yang sudah
terlalu masak/tua dan jangan dari pohon yang sudah tua.
2) Penyiapan Benih
Kebutuhan benih perhektar 60 gram (± 2000 tanaman). Benih direndam dalam
larutan fungisida benomyl dan thiram ( Benlate T) 0,5 gram/liter kemudian disemai
dalam polybag ukuran 20 x 15 cm. Media yang digunakan merupakan campuran 2
ember tanah yang di ayak ditambah 1 ember pupuk kandang yang sudah matang
dan diayak ditambah 50 gram TSP dihaluskan ditambah 29 gram curater/petrofar.
Biji-biji yang sudah dikeringkan, jika hendak ditanam harus diuji terlebih dahulu.
Caranya biji-biji, yang ditangguhkan dipergunakan sebagai bibit.
3) Teknik Penyemaian Benih
Benih dimasukan pada kedalaman 1 cm kemudian tutup dengan tanah. Disiram
setiap hari. Benih berkecambah muncul setelah 12-15 hari. Pada saat
ketinggiannya 15-20 cm atau 45-60 hari bibit siap ditanam.
Biji-biji tersebut bisa langsung ditanam/disemai lebih dahulu. Penyemaian
dilakukan 2 atau 3 bulan sebelum bibit persemaian itu dipindahkan kekebun.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Pada persemaian biji-biji ditaburkan dalam larikan (barisan ) dengan jarak 5-10
cm. Biji tidak boleh dibenam dalam-dalam, cukup sedalam biji, yakni 1 cm.
Dengan pemeliharaan yang baik, biji-biji akan tumbuh sesudah 3 minggu ditanam.
5) Pemindahan Bibit
Bibit-bibit yang sudah dewasa, siktar umur 2-3 bulan dapat dipindahkan pada
permulaan musim hujan.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Lahan dibersihkan dari rumput, semak dan kotoran lain, kemudian
dicangkul/dibajak dan digemburkan.
2) Pembentukan Bedengan
Bentuk bedengan berukuran lebar 200-250 cm, tinggi 20-30 cm, panjang
secukupnya, jarak antar bedengan 60 cm. Buat lobang ukuran 50 x 50 x 40 cm di
atas bedengan, dengan jarak tanam 2 x 2,5 m.
3) Pengapuran
Apabila tanah yang akan ditanami pepaya bersifat asam (pH kurang dari 5),
setelah diberi pupuk yang matang, perlu ditambah ± 1 kg dolomit dan biarkan 1-2
minggu.
4) Pemupukan
Sebelum diberi pupuk, tanah yang akan ditanami pepaya harus dikeringkan satu
minggu, setelah itu tutup dengan tanah campuran 3 blek pupuk kandang yang
telah matang.
6.3. Teknik Penanaman
1) Pembuatan Lubang Tanam
Untuk biji yang disemai, sebelum bibit ditanamkan bibit, terlebih dahulu harus
dibuatkan lubang tanaman. Lubang-lubang berukuran 60 x 60 x 40 cm, yang digali
secara berbaris. Selama lubang-lubang dibiarkan kosong agar memperoleh cukup
sinar matahari. Setelah itu lubang-lubang diisi dengan tanah yang telah dicampuri
dengan pupuk kandang 2-3 blek. Lubang-lubang yang ditutupi gundukan tanah
yang cembung dibiarkan 2-3 hari hingga tanah mengendap. Setelah itu baru
lubang-lubang siap ditanami. Lubang-lubang tersebut diatas dibuat 1-2 bulan
penanaman.
Apabila biji ditanam langsung ke kebun, maka lubang-lubang pertanaman harus
digali terlebih dahulu. Lubang-lubang pertanaman untuk biji-biji harus selesai ± 5
bulan sebelum musim hujan.
2) Cara Penanaman
Tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 buah biji. Beberapa bulan kemudian akan dapat
dilihat tanaman yang jantan dan betina atau berkelamin dua.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan tanaman dilakukan untuk memperoleh tanaman betina disamping
beberapa batang pohon jantan. Hal ini dilakukan pada waktu tanaman mulai
berbunga.
2) Penyiangan
Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan
penyiangan (pembuangan rumput). Kapan dan berapa kalli kebun tersebut harus
disiangi tak dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.
3) Pembubunan
Kebun pepaya sama halnya dengan kebun buah-buahan lainnya, memerlukan
pendangiran tanah. Kapan dan berapa kalli kebun tersebut harus didangiri tak
dapat dipastikan dengan tegas, tergantung dari keadaan.
4) Pemupukan
Pohon pepaya memerlukan pupuk yang banyak, khususnya pupuk organik,
memberikan zat-zat makanan yang diperlukan dan dapat menjaga kelembaban
tanah. Cara pemberian pupuk:
a) Tiap minggu setelah tanam beri pupuk kimia, 50 gram ZA, 25 gram Urea, 50
gram TSP dan 25 gram KCl, dicampur dan ditanam melingkar.
b) Satu bulan kemudian lakukan pemupukan kedua dengan komposisi 75 gram
ZA, 35 gram Urea, 75 gram TSP, dan 40 gram KCl.
c) Saat umur 3-5 bulan lakukan pemupukan ketiga dengan komposisi 75 gram
ZA, 50 gram Urea, 75 gramTSP, 50 gram KCl.
d) Umur 6 bulan dan seterusnya 1 bulan sekali diberi pupuk dengan 100 gram ZA,
60 gram Urea, 75 gramTSP, dan 75 gram KCl.
5) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman pepaya memerlukan cukup air tetapi tidak tahan air yang tergenang.
Maka pengairan dan pembuangan air harus diatur dengan seksama. Apalagi di
daerah yang banyak turun hujan dan bertanah liat, maka harus dibuatkan paritparit.
Pada musim kemarau, tanaman pepaya harus sering disirami.

Cara Budidaya Rumput Laut di Tambak

A. Konstruksi Petak Tambak Dan Saluran

Untuk tambak baru selesai konstruksi, sebelum operasionalnya dimulai, terlebih dahulu yang harus diperhatikan yaitu pengecekan konstruksi tambak guna mengetahui kemungkinan adanya kebocoran di pematang dan pintu air, selain untuk mengetahui juga kemampuan tanggul menahan volume air maksimal.

Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan rumput laut ditambak terpadu selama pemeliharannya antara lain ekologi dan konstruksi tambak. Beberapa syarat tambak pemeliharaan rumput laut Gracillaria sp. Terpadu (polikultur) dengan udang atau bandeng yaitu:



Dalam melakukan usaha budidaya ikan, masalah konstruksi petakan tambak sebaiknya harus disesuaikan dengan teknologi yang akan diterapkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan perbaikan konstruksi tambak budidaya rumput laut terpadu/polikultur (rumput laut dengan udang/bandeng) antara lain :

1. Bentuk tambak budidaya

a. Luas petakan berkisar 1 ha dan berbentuk persegi panjang;

b. Setiap pematang tambak terdapat gundukan tanah yang memanjang dan membentuk sekat-sekat berfungsi mencegah mengumpulnya rumput laut pada salah satu bagian tambak;

c. Dasar tambak tanah berlumpur dan sedikit berpasir;

d. Pintu air dua buah untuk setiap petak, yang berfungsi sebagai pintu pemasukan dan pintu pembuangan;

e. Kedalaman air antara 50 - 100 cm;

f. Kontur tanah melandai 5 - 10 cm;

2. Pematang

Pematang utama/tanggul utama merupakan bangunan keliling tambak yang gunanya untuk menahan air serta melindungi unit tambak dari bahaya banjir, erosi dan air pasang. Oleh karena itu dalam konstruksinya pematang/tanggul harus dibangun benar-benar kuat, bebas dari bocoran dan aman dari kemungkinan longsor.

3. Pintu air

Dalam petakan tambak pintu air merupakan pengendali dan oengatur air dalam operasional budidaya. Oleh karena itu dalam budidaya di tambak jumlah pintu air tergantung tingkat teknologi yang diterapkan. Di petakan tambak biasanya pintu air terdiri atas dua macam yaitu pintu air pemasukan dan pembuangan.

4. Saluran air

Di dalam petakan tambak terdapat saluran air yang berfungsi untuk memasukan air setiap saat secara mudah, baik untuk mengalirkan air dari laut ataupun air tawar dari sungai/irigasi.











B. Pemeliharaan Gracillaria sp.

Usaha budidaya rumput laut gracillaria sp, di tambak dalam pelaksanaanya dapat dilakukan secara monokultural maupun polikultural (terpadu). Namun kalau ditinjau darai dua cara budidaya diatas, untuk budidaya polikultur ternyata lebih menguntungkan di bandingkan dengan cara monokultur. Hal ini karena dalam budidaya rumput laut secara polikultur dapat meningkatkan efesiensi penggunaan lahan dan pendapatan pembudidaya ikan secara berkesinambungan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan rumput laut Gracillaria sp. Di tambak secara polikultur dengan udang dan atau bandeng yaitu :

1. Persiapan Penanaman

a. Persiapan Lahan

Sebelum benih/bibit ditebar ke dalam petakan tambak, kegiatan persiapan lahan yang terlebih dahulu harus dilakukan yaitu dasar petakan tambak dibersihkan dari hewan-hewan predator. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam rangka persiapan lahan petakan tambak.

- Pengangkatan dasar tambak atau lumpur ke atas pematang dan setelah kering dimasukan kembali ke dalam tambak;

- Kegiatan ini hanya dilakukan setelah panen dan sebelum penanaman;

- Saluran air yang ditumbuhi lumut maupun ditutupi tanah dasar tambak dibersihkan untuk menjaga sirkulasi air agar tetap lancar;

- Untuk mempercepat pertumbuhan, dapat juga dipupuk dengan menggunakan pupuk dan unsure hara 450kg/ha;

b. Penyediaan bibit rumput laut dan benih ikan/udang

Penyediaan bibit rumput laut awalnya dilakukan dengan koordinasi dan bantuan dari perusahaan yang mengembangkan bibit untuk jenis rumput laut pilihan yang telah teruji dan dapat memenuhi persyaratan mutu, baik untuk pasar lokal maupun pasar ekspor.


Yang harus diperhatikan dalam membawa bibit rumput laut agar tidak terjadi kematian selama dalam perjalanan adalah :

- Bibit harus tetap dalam kemasan basah/lembab selama dalam perjalanan;

- Tidak terkena air tawar atau hujan;

- Tidak terkena minyak atau kotoran-kotoran lain;

- Jauh dari sumber panas seperti mesin kendaraan an lainnya;

Cara pengepakan bibit :

- Diperlukan kantong plastic yang lebar sesuai dengan potongan-potongan bibit rumput laut yang akan dibawa;

- Menyusun bibit rumput laut ke dalam kantong plastic tanpa dipadatkan agar bibit tidak rusak, kemudian mengikat bagian atas kantong plastic dgn tali;

- Membuat lubang pada bagian atasnya dng menggunakan jarum;

- Memasukan kantong plastik ke dalam kotak karton;

Setelah sampai tujuan, bibit harus dibuka dan direndam dalam air tambak supaya bibit cepat beradaptasi dari perairan asalnya ke perairan yang baru dimana bibit akan dibudidayakan.

Setelah dilakukan perendaman selama 1 – 2 hari barulah dilakukan pemilihan bibit yang masih baik. Secara umum memilih bibit yang baik dapat dilihat agak gelap dan tidak pucat. Untuk memperanyak bibit selanjutnya dapat dilakukan secara pemotongan (vegetative) setelah bibit tersebut berumur 2 – 4 minggu.

Untuk benih bandeng dan udang disarankan diambil dari hatchery yang baik (bersertifikat )agar mendapatkan hasil yang baik.

c. Penanaman bibit

Penanaman bibit rumput laut di tambak dilakukan dng menggunakan metode broadcast, dimana bibit ditebar di seluruh bagian tambak.

Penebaran dengan cara ini punya keuntungan yaitu biaya murah, penanaman maupun pengelolaanya.

Waktu penebaran dilakukan pada atau sore hari agar rumput laut tidak mengalami kekeringan. Pada penanaman pertama, rumput laut harus diambil dari nursery (gudang bibit) agar menjaga kualitasnya. Untuk penanaman selanjutnya, bibit rumput laut dapat diambil sebagian kecil dari hasil panen. Apabila kondisi salinitas dan alam mendukung rumput laut tadi akan tumbuh optimal dan menghasilkan spora yang merupakan cikal bakal bibit rumput laut.

Periode penanaman perdana dilakukan selama 4 bulan, setiap bulan apabila sudah terlihat bongkahan-bongkahan, maka dilakukan penyebaran ulang dengan cara mengangkat bongkahan dan merobek – robek sambil disebarkan.

Rata – rata penebaran bibit rumput laut untuk 1 ha sekitar 1 – 1,5 ton pada awal penanaman. Seandenya pertumbuha rumput laut mencapai di atas 3% maka padat penebaran bisa ditingkatkan menjadi 2 ton/ha.

Setelah 7 – 10 hari kemudian klekap-klekap mulai tumbuh, benih bandeng ukuran glondongan segera ditebar dengan padat penebaram 1.500 ekor. Seminggu kemudian baru ditebar benih udang ukuran tokolan dengan padat penebaran 5.000 ekor.

d. Pemeliharan

Pemeliharaan dan pengawasan dilakukan setiap hari, dgn melakukan pengawasan pada kualitas air dan suhu air tambak.

Penggantian air tambak dilakukan dua kali seminggu . pemeliharaan tanaman dilakukan dengan membersihkan tanaman yang tertimbun lumpur.

Apabila pertumbuhan rumput laut kurang baik, dapat dilakukan pemupukan dng pupuk urea ataupun TSP dng konsentrasi 50 kg/ha.

e. Pengelolaan Air

Pengelolaan air tambak diutamakan dng menggunakan system gravitasi atau pasang surut air laut. Kualitas air baik, kuantitas cukup serta tidak tercemar dengan persayaratan :

1. Suhu air : 20 – 28 °C

2. Salinitas optimum : 15 – 37 permil

3. Ph : 6,8 – 8,2

4. Oksigen terlarut : 3 – 8 ppm

5. Kejernihan : air tidak terlalu keruh dan memungkinkan menerima sinar matahari

6. Polusi : jauh dari limbah industry

f. Pemberantasan Hama / Penyakit

Pemberantasan hama dilakukan dng penjagaan saluran masuk pintu air dng saringan , agar hama predator seperti ikan-ikan liar tidak masuk ke dalam tambak pemeliharaan.

Pemberantasan penyakit WHITE SPOT pada rumput laut dilakukan dng mengganti air tambak seminggu dua kali. Apabila dalam seminggu air tambak tidak diganti, maka pada thallus (batang) rumput alut akan terjadi bercak uang akan menghambat pertumbuhan rumput laut, bahkan dapat menyebabkan kematian.




TEHNIK  PEMBIBITAN  RUMPUT  LAUT  MODEL "LONG LINE"
(1)  Pengeringan tambak,
(2)  Pemasangan pancang bambu,
(3)  Pemasangan tali ris (Nylon ukurn 4"6 mm) sebagai gantungan rumput laut;
(4)  Tali ris dipasang berjajar, dengan jarak antara tali ris 1 m;
(5)  Pada tali ris, dipasang botol "Aqua" bekas sebagai pelampung, dengan jarak anatara botol 1 m;
(6)  Bibit rumput laut diikatkan pada tali ris, dengan jarak antara 30 (jarak antara botol Aqua digantungkan 3 titik bibit rumput laut);
(7)  Bibit rumput laut yang digantung, masing-masing seberat + 300 gram;
(8)  Jarak gantungan bibit rumput laut dari permukaan air + 10 - 15 cm diatas permukaan air;

Cara Budidaya Kelapa Sawit

Ekologi Kelapa Sawit
Daerah pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai berada pada 15 °LU-15 °LS. Ketinggian pertanaman kelapa sawit yang ideal berkisar antara 0-500 m dpl. Kelapa sawit menghendaki curah hujan sebesar 2.000-2.500 mm/tahun. Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30 °C. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Nilai pH yang optimum adalah 5,0–5,5. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o.



Perbanyakan 
Cara budidaya kelapa sawit dimulai dari prose perbanyakan. Perbanyakan kelapa sawit dilakukan dengan cara generatif dan saat ini sudah dilakukan kultur jaringan untuk memperbanyak kelapa sawit. Pada pembiakan dengan kultur jaringan digunakan bahan pembiakan berupa sel akar (metode Inggris) dan sel daun (metode Perancis). Metode ini mampu memperbanyak bibit tanaman secara besar-besaran dengan tingkat produksi tinggi dan pertumbuhan tanaman seragam.

Persyaratan Benih
Benih untuk bibit kelapa sawit disediakan oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebunan Medan. Benih dengan kualitas sangat baik ini berasal dari induk Delidura dan bapak Pisifera.

Pengecambahan Benih (Cara Balai Penelitian Perkebunan Medan)
a) Tangkai tandan buah dilepaskan dari spikeletnya.
b) Tandan buah diperam selama tiga hari dan sekali-kali disiram air. Pisahkan buah dari tandannya dan peram lagi selama 3 hari.
 c) Masukkan buah ke mesin pengaduk untuk memisahkan daging buah dari biji. Cuci biji dengan air dan masukkan ke dalam larutan Dithane M-45 0,2% selama 3 menit. Keringanginkan dan seleksi untuk memberoleh biji yang berukuran seragam.
 d)Semua benih disimpan di dalam ruangan bersuhu 22 derajat C dan kelembaban 60-70% sebelum dikecambahkan.

 Pengecambahan Benih
 a) Rendam biji dalam air selama 6-7 hari dan ganti air tiap hari, lalu rendam dalam Dithane M-45 0,2% selama 2 menit. Biji dikeringanginkan.
 b) Masukkan biji ke dalam kaleng pengecambahan dan tempatkan dalam ruangan dengan temperatur 39 derajat C dan kelembaban 60-70% selama 60 hari. Setiap 7 hari benih dikeringanginkan selama 3 menit.
 c) Setelah 60 hari rendam benih dalam air sampai kadar air 20-30% dan keringanginkan lagi. Masukkan biji ke larutan Dithane M-45 0,2% 1-2 menit. Simpan benih di ruangan 27 derajat C. Setelah 10 hari benih berkecambah. Biji yang berkecambah pada hari ke 30 tidak digunakan lagi.



Pembibitan
Terdapat dua teknik pembibitan yaitu:
(a) cara langsung tanpa dederan dan (b) cara tak langsung dengan 2 tahap (double stages system), yaitu melalui dederan/pembibitan awal (prenursery) selama 3 bulan dan pembibitan utama(nursery)selama 9 bulan.

Lahan pembibitan dibersihkan, diratakan dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman. Jarak tanam biji di pembibitan adalah 50×50, 55×55, 60×60, 65×65, 70×70, 75×75, 80×80, 85×85, 90×90 atau 100×100 dalam bentuk segitiga sama sisi. Jadi, kebutuhan bibit per hektar antara 25.000-12.500.

a) Cara langsung
Kecambah langsung ditanam di dalam polibag ukuran besar seperti pada cara pembibitan. Cara ini menghemat tenaga dan biaya.

b) Cara tak langsung
1. Dederan
Tujuan pembibitan awal adalah untuk memperoleh bibit kelapa sawit yang merata pertumbuhannya sebelum dipindahkan ke pembibitan utama. Umumnya pembibitan awal dilakukan dengan cara pembibitan kantong plastik. Kegiatan pemeliharaan di pembibitan awal meliputi pemeliharaan jalan dan saluran air, penyiraman, penyiangan, pemupukan, penjarangan naungan, pengendalian hama dan penyakit serta seleksi bibit. Kecambah dimasukkan ke dalam polibag 12×23 atau 15×23 cm berisi 1,5-2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm. Tanah di polibag harus selalu lembab. Simpan polibag di bedengan dengan diameter 120 cm. Setelah berumur 3-4 bulan dan berdaun 4-5 helai bibit dipindahtanamkan ke pembibitan.
2. Pembibitan
Bibit dari dederan dipindahkan ke dalam polibag 40 x 50 atau 45 x 60 cm setebal 0,11 mm yang berisi 15-30 kg tanah lapisan atas yang diayak. Sebelum bibit ditanam, siram tanah di dalam polibag sampai lembab. Polibag disusun di atas lahan yang telah diratakan dan diatur dalam posisi segitiga sama sisi dengan jarak seperti disebutkan di atas.

Kegiatan pemeliharaan bibit di pembibitan utama meliputi:
1. Penyiraman
Kegiatan penyiraman di pembibitan utama dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Jumlah air yang diperlukan sekitar 9–18 liter per minggu untuk setiap bibit. 
2. Pemupukan
Pupuk yang digunakan dapat berupa pupuk tunggal atau pupuk majemuk (N,P,K dan Mg) dengan komposisi 15:15:6:4 atau 12:12:7:2. 3. Seleksi bibit Seleksi dilakukan sebanyak tiga kali. Seleksi pertama dilakukan pada waktu pemindahan bibit ke pembibitan utama. Seleksi kedua dilakukan setelah bibit berumur empat bulan di pembibitan utama. Seleksi terakhir dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke lapangan. Bibit dapat dipindahkan ke lapangan setelah berumur 12-14 bulan.

Tanaman yang bentuknya abnormal dibuang, dengan ciri-ciri:
a) bibit tumbuh meninggi dan kaku
b) bibit terkulai
c) anak daun tidak membelah sempurna
d) terkena penyakit
e) anak daun tidak sempurna.



Penanaman 
Pembukaan lahan dilakukan cara mekanis (membajak dan menggaru) dan cara kimia yaitu dengan herbisida. Lubang tanam dibuat 2-3 bulan sebelum penanaman bibit di lapangan. Bibit ditanam dengan jarak tanam 9 m x 9m. Jarak tanam yang digunakan pada tanah bergelombang adalah 8,7 m x 8,7 m. Lubang tanam diberi pupuk dasar berupa Rock Phosphate (RP) dengan dosis 500 g per lubang. Areal yang masih belum ditanami dan terbuka perlu ditanami tanaman penutup tanah (Legume Cover Crop). Contoh tanaman ini adalah Peuraria javanica, Calopogonium mucunoides dan Centrosema pubescens. 

Pemeliharaan Tanaman

Pemupukan
Tujuan dari pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif. Sedangkan pemupukan pada tanaman menghasilkan (TM) diarahkan untuk produksi buah. Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Pemupukan dilakukan dengan menyebarkan pupuk secara merata di dalam piringan. Jenis pupuk yang digunakan pada TBM berupa pupuk tunggal ataupun pupuk majemuk, seperti CF 12.12.5.12 ( 12 % N, 12 % P2O5, 5 % K2O, 12 % MgO), Urea (45 % N), RP (60 % P2O5), Murriate of Potash (60 % K2O), Kieserite ( 26 % MgO) dan Borate (46 % B2O5). Pemupukan pada TM berdasarkan hasil analisa daun yang dilakukan pada tahun sebelumnya.

Kastrasi
Kastrasi adalah kegiatan pembuangan bunga dan buah pasir untuk merangsang pertumbuhan vegetatif serta untuk mencegah infeksihama dan penyakit. Kastrasi dilakukan ketika tanaman mulai berbunga untuk pertama kalinya sampai tanaman berumur 33 bulan (6 bulan sebelum panen). Kastrasi dilakukan dengan interval satu bulan sekali.

Penyerbukan Buatan
Bunga jantan dan betina pada tanaman kelapa sawit letaknya terpisah dan masaknya tidak bersamaan sehingga penyerbukan alami kurang intensif. Faktor lain yang menyebabkan perlunya penyerbukan buatan adalah karena jumlah bunga jantan kurang, kelembaban yang tinggi atau musim hujan yang panjang. Untuk mengoptimalkan jumlah tandan yang berbuah, dilakukan penyerbukan buatan oleh manusia atau oleh serangga. Penyerbukan buatan dilakukan setelah kegiatan kastrasi dihentikan.
a) Penyerbukan oleh Manusia Dilakukan saat tanaman berumur 2-7 minggu pada bunga betina yang sedang represif (bunga betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari jantan). Ciri bunga represif adalah kepala putik terbuka, warna kepala putik kemerah-merahan dan berlendir.
Cara penyerbukan:
1. Bak seludang bunga.
2. Campurkan serbuk sari dengan talk murni (1:2). Serbuk sari diambil dari pohon yang baik dan biasanya sudah dipersiapkan di laboratorium.
3. Semprotkan serbuk sari pada kepala putik dengan menggunakan baby duster/puffer.
b) Penyerbukan oleh Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit (SPKS). Serangga penyerbuk Elaeidobius camerunicus yang tertarik pada bau bunga jantan. Serangga dilepas pada saat bunga betina sedang represif. Keunggulan cara ini adalah tandan buah lebih besar, bentuk buah lebih sempurna, produksi minyak lebih besar 15% dan produksi inti meningkat sampai 30%. Kekurangan cara ini buah sulit rontok, tandan buah harus dibelah dua dalam pemrosesan.

Pengendalian Gulma 
Pengendalian gulma bertujuan menghindarkan tanaman kelapa sawit dari persaingan dengan gulma dalam hal pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya. Kegiatan pengendalian gulma juga bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen. Contoh gulma yang dominan di areal pertanaman kelapa sawit adalah Imperata cylindrica, Mikania micrantha, Cyperus rotundus, Otochloa nodosa, Melostoma malabatricum, Lantana camara, Gleichenia linearis dan sebagainya. Pengendalian gulma terdiri dari penyiangan di piringan (circle weeding), penyiangan gulma yang tumbuh diantara tanaman LCC, membabat atau membongkar gulma berkayu dan kegiatan buru lalang (wiping).

Penunasan atau Pemangkasan 
Daun Penunasan merupakan kegiatan pemotongan pelepah daun tua atau tidak produktif. Penunasan bertujuan untuk mempermudah kegiatan panen, pengamatan buah matang, penyerbukan alami, pemasukan cahaya dan sirkulasi angin, mencegah brondolan buah tersangkut di pelepah, sanitasi dan menyalurkan zat hara ke bagian lain yang lebih produktif. Terdapat tiga jenis pemangkasan daun, yaitu:
a) Pemangkasan pasir Membuat daun kering, buah pertama atau buah busuk waktu tanaman berumur 16-20 bulan.
b) Pemangkasan produksi Memotong daun-daun yang tumbuhnya saling menumpuk (songgo dua) sebagai persiapan panen pada waktu tanaman berumur 20-28 bulan. c) Pemangkasan pemeliharaan Membuang daun-daun songgo dua secara rutin sehingga pada pokok tanaman hanya terdapat sejumlah 28-54 helai. Sistem yang umum digunakan adalah sistem songgo dua, dimana jumlah pelepah daun yang disisakan hanya dua pelepah dari tandan buah yang paling bawah. Rotasi penunasan pada TM adalah sembilan bulan sekali.

Tips Memilih Benih Jagung Hibrida Berkualitas

Tanaman jagung bagi petani ataupun pengusaha dibidang pertanian sudah tidak asing lagi, karena sejak
ditemukannya kepulauan nusantara ini oleh nenek moyang kita, jagung sudah mulai ditanam. Akan tetapi untuk bercocok tanam jagung yang dapat menghasilkan panenan yang memilii kualitas dan kuantitas yang optimal  diperlukan pengetahuan dan teknologi yang memadai.Aspek pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk dapat memperoleh hasil panen yang optimal baik kualitas maupun kuantitasnya tersebut meliputi; pemilihan lahan, pengolahan tanah, penggunaan benih hibrida yang berkualitas dan bermutu tinggi, pemupukan yang tepat, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), pemeliharaan tanaman, pengairan dan penanganan pasca panen yang baik dan benar. Dari beberapa aspek tersebut di atas, satu dengan yang lainnya saling mendukung dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.Pengetahuan dan teknologi budidaya jagung dari hari ke hari terus berkembang begitu cepat seiring dengan berkembangnya arus informasi dari luar, terutama pengetahuan dan teknologi tentang benih jagung hibrida yang berkualitas dengan
potensi produksi tinggi.Benih-benih jagung hibrida yang masuk ke Indonesia dan telah direalis oleh pemerintah sejak tahun 1984 jumlahnya sudah cukup banyak, tetapi yang berkembang dan digemari jumlahnya dapat dihitung dengan jari. Demikian juga dengan prosentase penggunaan benih hibrida jumlahnya masih relatif
rendah dibandingkan negara-negara tetangga. Sebagai akibatnya adalah produksi rata-rata nasional baru
mencapai 2,6 ton/ha (BPS.2000).



Untuk memudahkan memilih benih jagung yang memiliki kualitas baik  dan berpotensi tinggi, berikut ini akan kami uraikan tata caranya:

Cara memilih benih jagung hibrida yang berkualitas dan mempunyai potensi hasil yang tinggi :
1.  Asal-usul jelas :
● Perusahaan atau badan yang memproduksi benih jelas tertera pada kemasan dan sudah teruji.
● Asal-usul genetik jelas.
● Telah direalis oleh pemerintah dan memiliki nomor surat keputusan.
● Penjual  resmi  yaitu badan usaha/Agen/distributor/Toko/Kios pertanian yang terdaftar.
2.  Wadah dan kemasan :
● Benih dikemas dalam wadah plastik yang kedap air, udara dan cahaya.
● Berat perwadah yaitu : 1 Kg, 4 Kg atau 5 Kg.
● Pada kemasan tertera Nama Varietas, Berat bersih, Merek dagang, Nama dan alamat produsen atau distributor yang jelas.
● Kemasan dicetak dengan tinta yang berkualitas dan tidak mudah terkelupas.
3.  Label
● Setiap satu kemasan terdapat satu label.
● Pada label tertulis keterangan mengenai Nomor lot, Nama produsen, Nama varietas tanggal pengujian, Habis masa berlakunya label, Kemurnian benih, stempel produsen (bagi produsen yang telah memiliki akreditasi dari pemerintah) dll.
● Label berwarna biru dengan tulisan berwarna hitam.
4.  Lain-lain
● Benih yang berkualitas telah
diberi perlakuan (Seed treatment) dengan pestisida.
● Setiap berat 20 Kg dikemas lagi menggunakan kertas karton tebal untuk menjaga agar tidak rusak
pada waktu pengangkutan dan penyimpanan.
● Sebelum menentukan pilihan ketahui dulu deskripsi varietasnya baik melalui brosur atau lembaran surat keputusan yang dikeluarkan oleh departemen pertanian yang dapat diperoleh lewat penyuluh pertanian.
5.  Anjuran
Untuk daerah yang merupakan endemik penyakit bulai (Peronosclerospora maydis) sangat dianjurkan
untuk diberi perlakuan tambahan pada benih (Seed treatment) menggunakan fungisida Saromyul 35 SD
 .
Caranya setiap Saromyl 35SDsebanyak 2,5—5 gram dilarutkan dengan 8 cc air untuk 1kg benih jagung. Setelah benih dicampur dengan larutan fungisida Saromyl 35 SD kemudian dikering anginkan selanjutnya benih siap untuk ditanam. ***

Cara Budidaya Tabulampot Sawo

Sawo (Achras zapota) merupakan tanaman buah berupa pohon yang dapat tumbuh besar dan berbuah lebat. Daunnya yang rimbun mampu menjadi penaung dari sengatan matahari. Tanaman yang sebelumnya berada di daerah tropis Guatemala (Amerika Tengah), Mexico, dan Hindia Barat ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan urutan klasifikasi di kalangan ilmiah, sawo yang disebut neesbery atau sapodilla tergolong ke dalam famili Sapotaceae.

Tanaman sawo tak hanya dapat diambil buahnya tetapi juga getahnya yang terdapat pada kulit batang, daun, dan empulur pohon sawo. Di negara asalnya, tanaman sawo hanya diambil getahnya untuk bahan baku pembuatan permen karet, sedangkan di Indonesia sawo dibudidayakan untuk dinikmati buahnya. Manfaat lain dari tanaman sawo adalah kayunya yang bagu serta di setiap bagian tanamannya memiliki kandungan tertentu untuk pengobatan tradisional. Nama lokal untuk tanaman sawo, ialah : Sawo Manila (Melayu), Saus (Padang), Sawo Manila (Sunda), Sawo Manila (Jawa Tengah), Sabu manela (Madura), Sabo jawa (Bali). Cara budidaya tanaman sawo ini tidak begitu sulit
  1. Syarat tumbuh
Iklim
Tanaman ini optimal dibudidayakan pada daerah yang beriklim basah sampai kering dengan pembagian bulan basah dan bulan kering yang dikehendaki yaitu 12 bulan basah atau 10 bulan basah dengan 2 bulan kering atau 9 bulan basah dengan 3 bulan kering atau 7 bulan basah dengan 5 bulan kering dan atau 5 bulan basah dengan 7 bulan kering. Tanaman sawo tetap dapat berkembang baik pada suhu antara 22-32 ºC, dengan curah hujan 2.000 sampai 3.000 mm/tahun. Tanaman sawo dapat berkembang baik dengan cukup mendapat sinar matahari namun toleran terhadap keadaan teduh (naungan).
Tanaman sawo tahan terhadap kekeringan, salinitas yang agak tinggi, dan tiupan angin keras.
Media Tanam
Jenis tanah yang paling baik untuk tanaman sawo adalah tanah lempung berpasir (latosol) yang subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik. Tetapi hampir semua jenis tanah yang diginakan untuk pertanian cocok untuk ditanami sawo, seperti jenis tanah andosol (daerah vulkan), aluvial loams (daerah aliran sungai), dan loamy soils (tanah berlempung). Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo adalah antara 6–7. Kedalaman air tanah yang cocok untuk perkembangan tanaman sawo, yaitu antara 50 cm sampai 200 cm.
Ketinggian Tempat
Daerah-daerah yang sesuai untuk tanaman sawo dapat berkembang dan berproduksi dengan baik, yaitu dataran rendah sampai dengan ketinggian 700 m dpl. Namun, sebenarnya tanaman sawo dapat hidup baik di dataran rendah maupun dataran tinggi sampai dengan ketinggian 1.200 m dpl.
2. Menanam Tabulampot Sawo

Sawo dalam pot (foto: http://tamankarnasia.blogspot.com)
Menanam tanaman sawo dalam pot dapat menggunakan bibit asal biji, jika tujuannya untuk membentuk tajuk yang indah sebagai penghias pekarangan. Akan tetapi, bibit asal biji ini memiliki masa pertumbuhan yang sangat lambat, apalagi untuk mencapai masa berbuahnya. Oleh karena itu, dapat dipilih bibit cangkok sebagai alternatif, dengan syarat batang pokoknya harus lurus dan percabangannya menarik agar memudahkan dalam hal pemangkasan serta kelak tidak hanya mempesona disaat berbuah saja. Pilih bibit yang sehat dengan daun hijau segar dan mengembang sempurna serta bebas hama penyakit. Bibit cangkokan dipilih yang cabang atau rantingnya bagus dan sehat.
Menyiapkan pot
Pilihan penggunaan pot untuk tanaman sawo dapat berupa pot dari semen, kayu atau drum bekas. Namun, yang paling praktis ialah pot dari drum bekas, karena selain tidak beresiko pecah ketika dipindahkan, pot dari drum bekas ini juga tahan lama. Ukuran pot minimal untuk tanaman sawo sebaiknya yang bediameter 30 cm atau disesuaikan dengan ukuran tanaman, dan yang terpenting dari apapun jenis dan bahan pot yang digunakan ialah adanya lubang untuk pembuangan air di bagian dasar pot yang cukup baik. Seperti misalnya pada drum bekas perlu dibuat lubang sebanyak 5 buah dengan diameter masing-masing 1 cm.
Menyiapkan media tanam
Penggunaan media tanam dalam pot harus benar-benar diperhatikan. Media tanam yang dapat digunakan ialah seperti campuran pupuk kandang/kompos yang telah matang dengan tanah (1:1). Kedua media tersebut dicampur merata sebelum dimasukkan ke dalam pot.
Penanaman bibit dalam pot
  1. Dasar pot dialasi ijuk atau pecahan genteng dengan ketebalan 5-10 cm, agar dapat menahan hilangnya tanah melalui lubang pot akibat penyiraman.
  2. Di atas alas tersebut diberi campuran media tanam setebal 3-5 cm.
  3. Bibit didekatkan pada pot. Pembungkus bibit dilepaskan dengan hati-hati.
  4. Masukan bibit ke dalam pot, lalu urug dengan sisa media tanam hingga rata dengan bibir pot.
  5. Lakukan penyiraman hingga media turun sekitar 5 cm di bawah bibir pot.
  6. Simpan tanaman dalam pot di tempat teduh untuk sementara, dan beri ganjalan di bawah pot dengan batu bata agar pot tidak bersinggungan langsung dengan tanah yang menyebabkan aliran air siraman terhambat keluar.
  7. Setelah tanaman sawo tampak segar dan muncul tunas, tanaman dapat dipindahkan ke tempat terbuka yang terkena sinar matahari penuh.
3. Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman pada tanaman dalam pot menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Jika tidak turun hujan perlu dilakukan penyiraman 1-2 hari sekali, yang terpenting, media tanam dalam pot dijaga agar tidak mengalami kekeringan ataupun kelebihan air. Cara penyiraman perlu diperhatikan. Penyiraman dengan cara menyiramkan air ke seluruh bagian tanaman dapat membuat tanaman terlihat bersih, akan tetapi jika tanaman sedang berbunga hal ini perlu dilakukan secara cermat agar siraman air tidak membuat bunga rontok. Oleh karena itu, ada baiknya penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor atau nozzle.
Penyiangan
Setelah 1-2 bulan setelah tanam, perlu dilakukan penyiangan untuk membersihkan rumput dan gulma yang menggangu. Jika tanaman sudah tumbuh besar gangguan tersebut tidak berarti, tetapi jika tanaman masih kecil akan sangat berarti karena akan mengganggu pertumbuhan tanaman sawo. Gangguan tumbuhan parasit seperti benalu juga harus diperhatikan. Jika kelihatan pada ranting pohon sawo terdapat benalu atau parasit agar segera dibersihkan dengan cara memotong ranting tempat benalu menempel. Pemotongan sebaiknya dilakukan sebelum benalu berbunga. Perlu pula dilakukan pemberantasan benalu pada pohon lain di dekat tanaman sawo untuk mencegah penularan pada tanaman sawo lainnya. Untuk tanaman sawo dalam pot, perawatan ini tidak begitu digunakan, akan tetapi jika ada tumbuhan pengganggu dalam pot segera dicabut saja lalu dibuang.
Pembubunan/ pendangiran
Pada saat penyiangan, dapat juga dilakukan pembubunan tanah di sekitar tanaman. Pembubunan dilakukan untuk menggemburkan tanah di sekitar tanaman sawo dan untuk memperkokoh batang tumbuhnya. Pendangiran pada pot hanya dilakukan jika media dalam pot sudah tampak memadat.
Pemupukan lanjutan
Sebagai pedoman pemupukan dapat diberikan 250-500 gr urea/pohon/tahun sebelum tanaman sawo berbuah. Pemupukan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun, karena urea adalah sumber N yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun.
Bila tanaman sudah waktunya berbuah, kurang lebih berumur 4 tahun, dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk majemuk NPK (10-20-15) yang kandungan fosfor (P) dan kaliumnya (K) tinggi sebanyak 500 gr/ pohon tiap tahun. Bila tidak ada NPK bisa diganti dengan pupuk urea, DS, dan KCl sebanyak 108 gr, 277 gr, dan 144 gr. Sedangkan tanaman sawo dalam pot hanya membutuhkan pupuk NPK tersebut sebanyak 50 gr/ tanaman setiap 2 bulan sekali, dan pupuk daun setiap 1-2 minggu sekali dengan dosis yang tertera pada tanaman. Unsur P bagi tanaman berfungsi untuk mempercepat pembungaan, sedangkan unsur K berfungsi untuk menjaga bunga dan buah supaya tidak mudah gugur.
Jumlah pupuk tersebut secara bertahap ditingkatkan sampai 2 kg/pohon tiap tahun untuk tanaman sawo yang telah berumur 15 tahun. Selain urea dan NPK yang diberikan, perlu juga diberikan pupuk kandang sebanyak 10 kg/pohon untuk memperbaiki struktur tanah.
Pemberian pupuk lanjutan tersebut dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Dosis yang diberikan setengah dari yang disebutkan di atas.
Cara pemberian pupuk dengan menaburkan pupuk ke dalam parit yang digali di bawah pohon mengelilingi lingkaran tajuk dengan lebar dan kedalaman ± 10 cm. Dapat juga ditanam pada empat lubang di bawah tajuk pohon dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm untuk tiap lubang. Sedangkan untuk pemupukan dalam pot caranya adalah dengan mengangkat tanah yang bersinggungan dengan pinggir pot sedalam 10 cm, kemudian ditimbun lagi setelah pupuk dimasukan.
Pemangkasan
Tanaman sawo yang dibiarkan tumbuh alami dapat mencapai ketinggian 20 m. Agar tanaman sawo tidak terlalu tinggi, maka dilakukan pemangkasan. Pemangkasan juga bertujuan membentuk percabangan yang baik dan kuat. Bibit tanaman dalam pot yang berasal dari cangkokan hanya perlu dipangkas untuk memperbaiki bentuk, bukan untuk membentuk tajuk. Akan tetapi jika asal bibit berasal dari sambung pucuk, maka pembentukan tajuk perlu dilakukan sejak semula. Berikut adalah teknis pemangkasan :
a) Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan bentuk ditujukan untuk mengatur ketinggian dan bentuk tajuk, agar memudahkan dalam pemetikan buah serta pengontrolan hama dan penyakit.
Pembentukan tajuk tanaman sawo dalam pot dapat dilakukan tidak hanya pada musim hujan. Pemangkasan pertama ketika tanaman telah tumbuh cukup kuat (2 bulan setelah tanam). Pemangkasan dilakukan dengan memotong ujung batang hingga tinggal 15-40 cm dari permukaan tanah dalam pot. Tempat pemangkasan harus sedikit di atas ruas batang. Luka bekas pangkasan ditutup dengan cat meni atau parafin untuk mencegah penyakit. Beberapa hari setelah pemangkasan akan tumbuh tunas-tunas baru pada ketiak daun. Tiga dari tunas yang tumbuh sehat dan tidak saling berdekatan dipilih sebagai cabang primer dan dibiarkan tumbuh sedangkan tunas lainnya dibuang. Pemangkasan ke dua ketika cabang primer tumbuh sepanjang 20-25 cm ujungnya dipangkas lagi hingga panjangnya tinggal 15-20 cm. Pemangkasan ini dilakukan tepat di atas mata tunas. Akibat pemangkasan ini akan muncul tunas-tunas baru. Dua atau tiga tunas yang sehat dibiarkan tumbuh menjadi cabang sekunder dan tunas yang lain dipotong. Setelah terbentuk cabang sekunder, selanjutnya hanya dilakukan pemangkasn pemeliharaan.
Tanaman sawo dalam pot dapat dibentuk tajuknya tidak hanya dengan pemangkasan, tetapi juga dengan menggugurkan buah-buah yang tumbuh pertama kali, karena biasanya jika buah pertama dibiarkan berkembang pertumbuhan tanaman selanjutnya akan menjadi jelek. Jika menginginkan bentuk tajuk yang sederhana, pemangkasan dapat diakhiri sampai tahap pemangkasan pertama saja, dan selanjutnya hanya untuk pemangkasan pemeliharaan.
b) Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan ditujukan untuk memotong ranting yang terlalu panjang atau rusak dan lemah, mencegah serangan penyakit, memotong cabang-cabang air, serta mengurangi kerimbunan sehingga sinar matahari dapat masuk. Pemangkasan pemeliharaan ini dapat dilakukan setiap saat jika diperlukan.
Penggantian media tanam dan pot
Seperti halnya tanaman yang tumbuh di lahan, tanaman dalam pot juga mengalami perkembangan yang suatu saat menginginkan tempat yang lebih luas. Tidak hanya batang dan tajuknya saja yang berkembang, tetapi perakaran di bawah tanah dalam pot juga berkembang, sehingga ruang dalam pot menjadi berkurang, daya tamping pot untuk menampung media tanam berkurang dan persediaan makan bagi tanaman pun menjadi terbatas. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan penggantian pot (repotting) dengan cara :
  1. Siram media dalam pot dengan air hingga media menjadi lunak dan tanaman mudah dilepas dari pot.
  2. Segera pindahkan tanaman yang sudah lepas ke dalam pot yang baru/ lebih besar.
  3. Urug bagian pot yang kosong dengan media yang baru, lalu siram dengan air bersih.
Apabila tanaman tidak perlu diganti pot, maka yang diperlukan hanyalah memotong/mengikis sebagian tanah pada bagian sisi dan bawah dengan menggunakan pisau yang bersih dan tajam. Setelah itu, masukan kembali ke dalam pot, lalu timbun dengan campuran media tanam yang sama tapi baru, kemudian siram dengan air.
4. Pengendalian hama dan penyakit
Hama
a)       Lalat buah (Dacus sp.) Gejala: terdapat bintik-bintik kecil berwarna hitam atau cokelat pada permukaan kulit, tetapi daging buah sudah membusuk yangdiakibatkan oleh larva lalat yang memakan daging buah. Pengendalian: (1) membersihkan (sanitasi) sisa-sisa tanaman di sekitar tanaman dan kebun; (2) membungkus buah dengan kertas semen atau koran; (3) memasang perangkap lalat buah yang mengandung bahan metyl eugenol, misalnya M-Atraktan, dalam botol plastik bekas; (4) menyemprotkan perangkap lalat buah, seperti Promar yang dicampur dengan insektisida kontak atau sistemik; (5) menginfus akar tanaman dengan laruta insektisida sistemik, seperti Tamaron, dengan konsentrasi 3-5% pada fase sebelum berbunga; (6) menyemprot tanaman dengan insektisida kontak, seperti Agrothion 50 EC dengan dosis 3-4 cc/liter air.
b)      Kutu hijau (Lecanium viridis atau Coccus viridis) dan Kutu cokelat(Saissetia nigra)
Gejala : Ranting-ranting muda dan daun-daun sawo mengkerut, layu, kering dan terhambat pertumbuhannya. Hal tersebut dilakukan dengan cara menghisap cairan yang terdapat di dalam ranting dan daun. Selain menghisap cairan, kutu-kutu ini juga menghasilkan embun madu yang dapat mengundang kehadiran cendawan jelaga.
Pengendalian: dengan penyemprotan insektisida, seperti Diasinon 60 EC dengan dosis 1-2 cc/liter air atau Basudin 50 EC dengan dosis 2 cc/liter air yang disemprotkan langsung ke kutu-kutu tersebut.
Penyakit
a)      Jamur upas (jamur Corticium salmonocolor)
Gejala: (1) Stadium rumah laba-laba, ditandai dengan munculnya meselium tipis berwarna mengkilat seperti sutera atau perak pada cabang atau ranting. Pada stadium ini jamur belum masuk ke dalam kulit tanaman sawo; (2) Stadium bongkol, jamur membentuk gumpalan-gumpalan hifa didepan lentisel sebelum memasuki kulit sawo; (3) Stadium corticium, jamur membentuk kerak berwarna merah muda yang berangsur-angsur berubah menjadi lebih muda lalu menjadi putih. Kulit tanaman sawo yang terdapat di bawah kerak tersebut akan membusuk; (4) Stadium necator, jamur membentuk banyak piknidium yang berwarna merah pada sisi cabang atau ranting yang lebih kering.
Pengendalian: (1) Pada stadium laba-laba, penyakit ini dapat diatasi dengan cara menggosok tempat yang terserang jamur sampai hilang. Bekas luka gosokan diolesi dengan cat meni, ter, atau carbolineum; (2) Penyemprotan dengan fungisida yang mengandung tembaga berkadar tinggi seperti Cupravit OB 21 dengan dosis 4 gram/liter air setiap tiga minggu sekali untuk menghindari munculnya serangan lagi; (3) Pemotongan pada bagian tanaman yang terserang apabila jamur sudah mencapai stadium bongkol, corticium, atau necator. Pemotongan dilakukan pada bagian yang sehat jauh dari batas bagian yang sakit. Bagian yang dipotong kemudian diolesi dengan fungisida serta potongan yang terserang penyakit segera dibakar untuk mencegah spora berterbangan. Pemotongan cabang atau ranting juga dilakukan untuk mengurangi kelembaban yang dapat mendorong pertumbuhan spora.
b)      Jamur jelaga (jamur Capnodium sp.)
Gejala: berupa warna hitam seperti beludru yang menutupi permukaan daun sawo. Jamur ini sebenarnya hanya memakan madu yang dikeluarkan oleh serangga (Indicerus sp.), akan tetapi jika dibiarkan lama kelamaan dapat menutupi seluruh daun dan ranting tanaman sawo, sehingga proses fotosintesa tanaman sawo akan terganggu dan pertumbuhan terhambat. Serangan yang terjadi pada saat tanaman berbunga dapat mengakibatkan buah yang terbentuk hanya sedikit. Jika yang terserang adalah buah, dapat menyebabkan kerontokan atau berkurangnya kualitas buah.
Pengendalian: (1) melenyapkan serangga yang menghasilkan embun madu terlebih dahulu dengan insektisida; (2) dilakukan penyemprotan dengan fungisida seperti Antracol 70 WP dengan dosis 2 gram/liter air atau Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8-2,4 gram/liter air.
c)      Busuk buah (jamur Phytopthora palmivora Butl.)
Gejala: mula-mula kulit buah berbercak-bercak kecil berwarna hitam atau cokelat, kemudian melebar dan menyatu secara tidak beraturan, daging buah membusuk dan berair, serta kadang-kadang buah berjatuhan (gugur).
Pengendalian: (1) dengan cara pemotongan buah yang sakit berat, pengumpulan dan pemusnahan buah yang terserang; (2) penyemprotan fungisida, seperti Dithane M-45 80 WP dengan dosis 1,8 gr – 2,4 gram/liter air.
d)     Hawar benang putih (jamur (cendawan) Marasmius scandens Mass.)
Gejala: daun-daun mengering dan berguguran. Pada ranting yang mengering terdapat benang-benang jamur berwarna putih.
Pengendalian: (1) dengan cara mengurangi kelembaban kebun, memotong bagian tanaman yang sakit berat; (2) mengoleskan atau menyemprotkan fungisida, seperti Benlate dengan dosis 2 gr/1 air.
*dari berbagai sumber