VARIETAS UNGGUL UBI KAYU


A. Untuk Bahan pangan
Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan
dasar berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan varietas ubi kayu harus disesuaikan
untuk peruntukannya. Di daerah dimana ubikayu dikonsumsi secara langsung untuk
bahan pangan diperlukan varietas ubi kayu yang rasanya enak dan pulen dan
kandungan HCN rendah. Berdasarkan kandungan HCN ubi kayu dibedakan menjadi
ubi kayu manis/tidak pahit, dengan kandungan HCN < 40 mg/kg umbi segar, dan
ubikayu pahit dengan kadar HCN ≥ 50 mg/kg umbi segar. Kandungan HCN yang
tinggi dapat menyebabkan keracunan bagi manusia maupun hewan, sehingga tidak
dianjurkan untuk konsumsi segar. Untuk bahan tape (peuyem) para pengrajin suka
umbi ubi kayu yang tidak pahit, rasanya enak dan daging umbi berwarna kekuningan
seperti varietas lokal Krentil, Mentega, atau Adira-1. Tetapi untuk industri pangan
yang berbasis tepung atau pati ubikayu, diperlukan ubi kayu yang umbinya berwarna
putih dan mempunyai kadar bahan kering dan pati yang tinggi. Untuk keperluan
industri tepung tapioka, umbi dengan kadar HCN tinggi tidak menjadi masalah karena
bahan racun tersebut akan hilang selama pemrosesan menjadi tepung dan pati,
misalnya UJ-3, UJ-5, MLG-4, MLG-6 atau Adira-4.
Hingga tahun 2009, Departemen Pertanian secara resmi baru melepas 10 varietas
unggul dan lima di antaranya sesuai untuk pangan (Tabel 1).



Tabel 1. Varietas unggul ubikayu yang sesuai untuk pangan beserta
karakteristiknya

Adira 1
- Tidak pahit
- Sesuai untuk pangan
- Agak tahan tungau merah (Tetranichus
bimaculatus)
- Tahan bakteri hawar daun, penyakit layu
Pseudomonas solanacearum, dan
Xanthomonas manihotis

Malang 1
- Tidak pahit
- Sesuai untuk pangan
- Toleran tungau merah (Tetranichus
bimaculatus)
- Toleran bercak daun (Cercospora sp.)
-Adaptasi cukup luas

Malang 2
- Tidak pahit
- Sesuai untuk pangan
- Agak peka tungau merah (Tetranichus
bimaculatus)
- Toleran penyakit bercak daun
(Cercospora sp.)

Darul Hidayah
- Tidak pahit
- Sesuai untuk pangan
- Agak peka tungau merah (Tetranichus
sp.)
- Agak peka busuk jamur (Fusarium sp.)

Selain peruntukannya, pemilihan dan penerimaan suatu varietas ubi kayu oleh
petani dan pengguna lainnya juga ditentukan oleh umur tanaman, keragaan dan sifat
ketahanannya terhadap gangguan hama dan penyakit tanaman. Pada umumnya petani
sangat fanatik terhadap varietas lama maupun unggul lokal yang telah dikenal luas
oleh masyarakat luas sehingga pasarnya jelas.

B. Untuk Bahan Baku Industri
Dari produk antara berupa tepung dan pati ubikayu dapat dikembangkan
berbagai produk industri baik melalui proses dehidrasi, hidrolisis, maupun fermentasi.
Sebagai bahan baku industri, jenis ubi kayu yang memiliki potensi hasil tinggi, kadar
bahan kering dan kadar pati tinggi, dianggap paling sesuai untuk bahan baku industri.
Beberapa varietas unggul yang telah dilepas Pemerintah dan sesuai untuk bahan baku
industri antara lain: Varietas Adhira-4, MLG-6, UJ-3, UJ-5, MLG-6 yang telah
banyak ditanam petani di propinsi Jawa Timur dan Lampung (Tabel 2).
Secara umum, jenis ubi kayu yang memiliki potensi hasil dan kadar pati tinggi,
dianggap paling sesuai untuk bahan baku industri. Sebagai bahan baku industri, kadar
HCN yang tinggi tidak menjadi masalah karena sebagian besar HCN akan hilang pada
proses pencucian, pemanasan maupun pengeringan.
Sifat fisik, seperti ukuran granula pati dan sifat kimia lainnya, seperti kadar
amilosa/amilopektin yang berperan dalam proses gelatinisasi dan sifat amilografi,
yang meliputi suhu dan waktu gelatinisasi serta viskositas puncak, belum banyak
diteliti dalam kaitannya dengan produksi bioetanol. Pati dengan ukuran granula kecil
dilaporkan memiliki daya serap air yang lebih baik dan lebih mudah dicerna oleh
enzim (BIOTEC, 2003). Sementara rendemen glukosa yang dihasilkan, dipengaruhi
oleh tinggi dan panjang rantai amilosa. Semakin panjang rantai amilosa akan
dihasilkan rendemen gula yang semakin tinggi karena diduga berkaitan dengan
kemudahan enzim -amilase untuk memecah ikatan lurus 1,4  glikosidik dibanding
ikatan cabang 1,6  glikosidik pada amilopektin (Richana et al., 2000). Pati dengan
kadar amilosa tinggi lebih sesuai karena proporsi partikel pati tidak larutnya
(insoluble starch particles) lebih rendah sehingga relatif lebih mudah dihidrolisis baik
dengan asam maupun enzim. Oleh karena itu selain kadar pati, kadar gula total juga
menentukan kesesuaiannya sebagai bahan baku etanol
Tabel 2. Varietas unggul ubikayu yang sesuai untuk bahan baku industri beserta
karakteristiknya

Adira 2
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
- Cukup tahan tungau merah (Tetranichus
bimaculatus)
- Tahan penyakit layu Pseudomonas
solanacearum

Adira 4
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
- Cukup tahan tungau merah (Tetranichus
bimaculatus)
- Tahan terhadap Pseudomonas
solanacearum dan Xanthomonas manihotis

UJ-3
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
- Agak tahan bakteri hawar daun (Cassava
Bacterial Blight)
UJ-5
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
Agak tahan CBB (Cassava Bacterial Blight)

Malang 4
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
- Agak tahan tungau merah (Tetranichus
sp.)
-Adaptif terhadap hara sub-optimal

Malang 4
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
- Agak tahan tungau merah (Tetranichus
sp.)
-Adaptif terhadap hara sub-optimal

Malang 6
- Pahit
- Sesuai untuk bahan baku industri
- Agak tahan tungau merah (Tetranichus
sp.)
-Adaptif terhadap hara sub-optimal

Budidaya Jamur Tiram Dengan Sistem Susun


Di Indonesia jamur tiram merupakan komoditi yang mempunyai prospek sangat
baik untuk dikembangkan, baik untuk mencukupi pasaran dalam negeri yang terus
meningkat maupun untuk ekspor, sebab masyarakat sudah mulai mengerti nilai gizi jamur
tiram putih ataupun coklat. Adapun nilai gizi jamur tiram putih menurut Cahyana dkk
(1999) adalah sebagai berikut : protein (27 %), lemak (1,6 %), karbohidrat (58 %), serat
(11,5 %), abu (0,3 %), dan kalori (265) kalori.




Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu karena jamur ini banyak
tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk. Disebut jamur tiram karena bentuk
tudungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang tiram Batang atau
tangkai jamur ini tidak tepat berada pada tengah tudung, tetapi agak ke pinggir. Jamur
tiram merupakan salah satu jamur yang enak dimakan dan mempunyai kandungan gizi
yang cukup tinggi sehingga tidak mengherankan bila jenis jamur ini sekarang banyak
dibudidayakan. Jamur tiram putih, abu-abu dan cokelat paling banyak dibudidayakan karena mempunyai

sifat adaptasi dengan lingkungan yang baik dan tingkat produktivitasnya cukup tinggi.

Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi dibandingkan suhu
pada saat pertumbuhan (pembentukan tubuh buah jamur). Suhu inkubasi jamur tiram
berkisar antara 22-28 oC dengan kelembaban 60-80 %, sedangkan suhu pada
pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22 oC dengan kelembaban 80-90 %.
Pengaruh suhu dan kelembaban tersebut di dalam ruangan dapat dilakukan dengan
menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan. Pengaturan kondisi lingkungan sangat
penting bagi pertumbuhan tubuh buah. Apabila suhu terlalu tinggi, sedangkan
kelembaban terlalu rendah maka primordia (bakal jamur) akan kering dan mati. Di
samping suhu dan kelembaban, faktor cahaya dan sirkulasi udara perlu diperhatikan
dalam budidaya jamur tiram. Sirkulasi udara harus cukup, tidak terlalu besar tetapi tidak
pula terlalu kecil. Intensitas cahaya yang diperlukan pada saat pertumbuhan sekitar 10
%, maka dari itu dalam budidaya jamur dibuat kubung (rumah jamur tertutup)




Budidaya Jamur Tiram dengan Media Serbuk Kayu
Untuk budidaya jamur tiram dapat menggunakan serbuk kayu (serbuk gergaji).
Kelebihan penggunaan serbuk kayu sebagai media antara lain mudah diperoleh dalam
bentuk limbah sehingga harganya relatif murah, mudah dicampur dengan bahan-bahan
lain pelengkap nutrisi, serta mudah dibentuk dan dikondisikan. Bahan-bahan untuk
budidaya jamur tiram yang perlu dipersiapkan terdiri dari bahan baku dan bahan
pelengkap.



Bahan baku (serbuk kayu/gergaji) yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur
mengandung karbohidrat, serat lignin, dan lain-lain. Dari kandungan kayu tersebut ada
yang berguna dan membantu pertumbuhan jamur, tetapi ada pula yang menghambat.
Kandungan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur antara lain karbohidrat, lignin, dan
serat, sedangkan faktor yang menghambat antara lain adanya getah dan zat ekstraktif (zat
pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu serbuk kayu yang digunakan
untuk budidaya jamur sebaiknya berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung
zat pengawet alami, tidak busuk dan tidak ditumbuhi oleh jamur atau kapang lain.
Serbuk kayu yang baik adalah serbuk yang berasal dari kayu keras dan tidak banyak
mengandung minyak ataupun getah. Namun demikian serbuk kayu yang banyak mengandung minyak maupun getah dapat pula digunakan sebagai media dengan cara
merendamnya lebih lama sebelum proses lebih lanjut.

Bahan-bahan lain yang digunakan dalam budidaya jmur pada media plastik (log)
terdiri dari beberapa macam yaitu bekatul (dedak padi), kapur (CaCO3), gips (CaSO4).
Penggunaan kantong plastik (log) bertujuan untuk mempermudah pengaturan kondisi
(jumlah oksigen dan kelembaban media) dan penanganan media selama pertumbuhan.
Kantong plastik yang digunakan adalah plastik yang kuat dan tahan panas sampai
dengan suhu 100 oC, Jenis plastik biasanya dipilih dari jenis polipropilen (PP). Ukuran
dan ketebalan plastik terdiri dari berbagai macam. Beberapa ukuran plastik yang biasa
digunakan dalam budidaya jamur antara lain 20 x 30 cm, 17 x 35 cm, 14 x 25 cm dengan
ketebalan 0,3 mm – 0,7 mm atau dapat lebih tebal lagi.



Adapun bahan tambahan bekatul ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media
tanam sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan nitrogen. Bekatul yang
digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi, misalnya padi jenis IR, pandan wangi,
rojo lele, ataupun jenis lainnya. Bekatul sebaiknya dipilih yang masih baru, belum bau
(penguk=jawa), dan tidak rusak.
Kapur merupakan bahan yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca). Di
samping itu, kapur juga digunakan untuk mengatur pH media. Kapur yang digunakan
adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Unsur kalsium dan karbon
digunakan untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur bagi pertumbuhannya.
Gips (CaSO4) digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk
memperkokoh media. Dengan kondisi yang kokoh maka diharapkan media tidak mudah
rusak.

Budidaya Bunga Sedap Malam Roro Anteng

Bunga Sedap Malam (Polianthes tuberosa) lebih cocok dibudidayakan di tanah
liat/lempung (sawah) serta memiliki persediaan air irigasi yang memadai. Tempat penanaman
harus terbuka dan tidak dinaungi oleh pepohonan.
Sedap malam merupakan tanaman introduksi dan telah ditanam sejak lama,
sehingga dianggap sebagai varietas lokal. Kultivar lokal sedap malam berbunga
semi ganda asal Pasuruan telah dilepas sebagai varietas unggul nasional
dengan nama Roro Anteng oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
Timur bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pasuruan. Sementara
sedap malam berbunga ganda asal Cianjur telah dilepas oleh Balai Penelitian
Tanaman Hias bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Cianjur sebagai
varietas unggul nasional dengan nama Dian Arum.



Syarat tumbuh
Sedap malam berbunga tunggal dan semi ganda lebih cocok ditanam di
dataran rendah dengan elevensi di bawah 50 m diatas permukaan laut. Sedap malam berbunga
ganda cocok ditanam di daerah dengan elevensi di atas 100 m sampai 600 m
diatas permukaan laut. Bila sedap malam berbunga tunggal dan semi ganda ditanam di dataran
sedang, maka bunga yang dihasilkan akan memiliki tangkai bunga yang agak
panjang, lentur dan kurang kekar serta malai bunga berbentuk agak panjang dan
bagian ujung malai terkulai dengan jumlah kuntum bunga lebih sedikit.
Kualitasnya menjadi tidak bagus dan menjadi tidak layak untuk dijual.

Benih
Benih atau bibit sedap malam berupa umbi yang diperoleh dari tanaman
produksi yang telah berumur lebih dari 1,5 tahun. Ukuran (diameter) umbi rata-rata
1 – 2 cm dan telah dikeringkan selama lebih kurang 2 – 3 minggu di bawah
terik matahari. Sebaiknya umbi disimpan lebih dahulu antara 1 – 2 bulan
sebelum tanam dengan tujuan agar setelah ditanam tunas akan lebih cepat
keluar.

Pengolahan tanah
Tanah dibersihkan dari gilma dan dicangkul sampai halus. Kemudian dibuat
bedengan dengan lebar 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang tergantung luas
lahan. Setiap bedengan terdiri dari tiga baris tanaman.
Pupuk dan pemupukan :
Pupuk kandang dapat berupa kotoran ayam, kuda, domba atau kompos yang
telah matang (siap pakai). Dosis sebanyak 20 sampai 30 ton/ha atau 2 – 3 kg
per m2. Pupuk kandang ditaburkan merata setelah bedengan dibuat dan ditutup
dengan tanah pada saat merapikan bedengan (1 minggu sebelum tanam).
Pemberian pupuk kandang berikutnya dilakukan dengan interval 5 – 6 bulan.
Pupuk NPK diberikan sebulan setelah tanam atau diperkirakan akar pada umbi
telah tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga pupuk yang diberikan
dapat diserap langsung oleh tanaman. Dosis pupuk sebayak 200 kg/ha atau
200g/m2. Pemberian pupuk NPK berikutnya dilakukan dengan interval 3 bulan.
Selain itu, pupuk daun dapat juga disemprotkan sesuai dengan dosis anjuran
dengan interval 2 minggu.



Penanaman
Jarak tanam yang digunakan adalah 30 cm antar barisan dan 25 cm dalam
barisan. Sebelum penanaman terlebih dahulu dibuat lubang tanam dengan
kedalaman sekitar 5 cm, kemudian umbi sedap malam dimasukkan ke dalam
lubang dan ditutup dengan tanah.

Hama dan Penyakit
Hama utama yang menyerang tanaman sedap malam adalah thrips
(Thaeniothrip sp.), kutu dompolan atau mealybugs (Dysmicoccus brevipes) dan
kutu perisai (Coccus sp.). Ketiga hama tersebut akan muncul pada musim
kemarau yang panjang.
Thrips mulai menyerang sejak awal penanaman hingga sedap malam
berbunga. Hama tersebut ditemukan pada celah-celah antar daun dan juga
pada daun yang masih menguncup. Awal serangan ditandai dengan adanya
bekas gigitan pada permukaan daun dan akhirnya berubah menjadi kecoklatan
bila serangan sudah lanjut. Sebagai tindakan awal pengendalian dapat
digunakan kertas berperekat warna kuning. Untuk mengendalikan hama
tersebut dapat digunakan insektisida berbahan aktif dimetoat atau diafentiuron
sesuai dengan dosis anjuran.

Pemeliharaan
Pemeliharaan berupa penyiangan dan pengairan dapat dilakukan satu bulan
satu kali. Sementara penyiraman dilakukan satu minggu satu kali. Pada musim
kemarau yang panjang pengairan dilakukan dengan cara memenuhi saluran
antar bedengan dengan air sampai penuh dan dibiarkan satu malam. Tindakan
tersebut sangat bermanfaat untuk mencegah serangan hama kutu dompolan
agar tidak sampai ke bagian umbi sedap malam.

Panen bunga
Umumnya tanaman sedap malam akan berbunga pada umur 4 – 5 bulan
setelah tanam. Panen bunga sebagai bunga potong dilakukan saat satu atau
dua kuntum bunga telah mekar. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong
tangkai bunga dengan gunting atau menarik tangkai bunga hingga terlepas dari
rumpun tanaman. Masa produktif tanaman sedap malam mencapai umur 2
tahun setelah tanam. Setiap rumpun tanaman dapat menghasilkan bunga 3 – 5
tangkai bunga potong.

Sumber: Tabloid Sinar Tani