Cara Budidaya Jagung

I. PENDAHULUAN
Di Indonesia jagung merupakan komoditi tanaman pangan penting, namun tingkat produksi belum optimal. PT. Natural Nusantara berupaya meningkatkan produksi tanaman jagung secara kuantitas, kualitas dan ramah lingkungan /berkelanjutan ( Aspek K-3).

II. SYARAT PERTUMBUHAN
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl

III. PEDOMAN TEKNIS CARA BUDIDAYA
A. Syarat benih
Benih sebaiknya bermutu tinggi baik genetik, fisik dan fisiologi (benih hibryda). Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Kebutuhan benih + 20-30 kg/ha. Sebelum benih ditanam, sebaiknya direndam dalam POC NASA (dosis 2-4 cc/lt air semalam).

B. Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami dicangkul sedalam 15-20 cm, kemudian diratakan. Setiap 3 m dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm, kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah dikapur (dosis 300 kg/ha) dengan cara menyebar kapur merata/pada barisan tanaman, + 1 bulan sebelum tanam. Sebelum tanam sebaiknya lahan disebari GLIO yang sudah dicampur dengan pupuk kandang matang untuk mencegah penyakit layu pada tanaman jagung.

C. Pemupukan


Catatan : akan lebih baik pupuk dasar menggunakan SUPER NASA dosis ± 1 botol/1000 m2 dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 lt air (jadi larutan induk). Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : 1 gembor (10-15 lt) beri 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 m bedengan.



D. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan :
a. Tumpang sari ( intercropping ),
melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman (umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon, padi gogo.
b. Tumpang gilir ( Multiple Cropping ),
dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kedelai, kacang tanah, dll.
c. Tanaman Bersisipan ( Relay Cropping ):
pola tanam dengan menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok (dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh: jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan kacang panjang.
d. Tanaman Campuran ( Mixed Cropping ) :
penanaman terdiri beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua tercampur jadi satu. Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi kayu.


2. Lubang Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanamnya 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang). Panen <>E. Pengelolaan Tanaman
1. Penjarangan dan Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilakukan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman.


2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai mengganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat mencengkeram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.


3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah rebah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

4. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, tujuannya menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

F. Hama dan Penyakit
1. Hama
a. Lalat bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala: daun berubah warna menjadi kekuningan, bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm. Pengendalian: (1) penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman. (2) tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. (3) Sanitasi kebun. (4) semprot dengan PESTONA
b. Ulat Pemotong
Gejala: tanaman terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah, ditandai dengan bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman yang masih muda roboh. Penyebab: beberapa jenis ulat pemotong: Agrotis ipsilon; Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera). Pengendalian: (1) Tanam serentak atau pergiliran tanaman; (2) cari dan bunuh ulat-ulat tersebut (biasanya terdapat di dalam tanah); (3) Semprot PESTONA, VITURA atau VIREXI.

2. Penyakit
a. Penyakit bulai (Downy mildew) 
Penyebab: cendawan Peronosclerospora maydis dan P. javanica serta P. philippinensis, merajalela pada suhu udara 270 C ke atas serta keadaan udara lembab. Gejala: (1) umur 2-3 minggu daun runcing, kecil, kaku, pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih; (2) umur 3-5 minggu mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi; (3) pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua. Pengendalian: (1) penanaman menjelang atau awal musim penghujan; (2) pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas tahan; (3) cabut tanaman terserang dan musnahkan; (4) Preventif diawal tanam dengan GLIO

b. Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab: cendawan Helminthosporium turcicum. Gejala: pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat. Pengendalian: (1) pergiliran tanaman. (2) mengatur kondisi lahan tidak lembab; (3) Prenventif diawal dengan GLIO

c. Penyakit karat (Rust)
Penyebab: cendawan Puccinia sorghi Schw dan P.polypora Underw. Gejala: pada tanaman dewasa, daun tua terdapat titik-titik noda berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini berkembang dan memanjang. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) menanam varietas tahan terhadap penyakit; (3) sanitasi kebun; (4) semprot dengan GLIO.

d. Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab: cendawan Ustilago maydis (DC) Cda, Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC. Gejala: masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar. Pengendalian: (1) mengatur kelembaban; (2) memotong bagian tanaman dan dibakar; (3) benih yang akan ditanam dicampur GLIO dan POC NASA .

e. Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab: cendawan Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw), Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme. Gejala: dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang. Pengendalian: (1) menanam jagung varietas tahan, pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih; (2) GLIO di awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

G. Panen dan Pasca Panen 
1. Ciri dan Umur Panen
Umur panen + 86-96 hari setelah tanam. Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh (diameter tongkol 1-2 cm), jagung rebus/bakar, dipanen ketika matang susu dan jagung untuk beras jagung, pakan ternak, benih, tepung dll dipanen jika sudah matang fisiologis.

2. Cara Panen
Putar tongkol berikut kelobotnya/patahkan tangkai buah jagung.

3. Pengupasan
Dikupas saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai, agar kadar air dalam tongkol dapat diturunkan sehingga cendawan tidak tumbuh.

4. Pengeringan
Pengeringan jagung dengan sinar matahari (+7-8 hari) hingga kadar air + 9% -11 % atau dengan mesin pengering.

5. Pemipilan
Setelah kering dipipil dengan tangan atau alat pemipil jagung.

6. Penyortiran dan Penggolongan
Biji-biji jagung dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki (sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, dll). Penyortiran untuk menghindari serangan jamur, hama selama dalam penyimpanan dan menaikkan kualitas panenan.


Sumber:http://indonesia-agriculture.blogspot.com/

Cara Budidaya Tomat

Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta hormon, pemupukan tidak berimbang, serangan hama dan penyakit, pengaruh cuaca dan iklim, serta teknis budidayapetani
PT. Natural Nusantara berupaya membantu petani dalam peningkatan produksi secara Kuantitas dan Kualitas dengan tetap memelihara Kelestarian lingkungan (Aspek K-3), agar petani dapat berbisnis dan berkompetisi di era perdagangan bebas dengan pedoman cara budidaya dibawah ini.

A. FASE PRA TANAM
1. Syarat Tumbuh>
- Tomat dapat ditanam di dataran rendah/dataran tinggi
- Tanahnya gembur, porus dan subur, tanah liat yang sedikit mengandung pasir dan pH antara 5 - 6
- Curah hujan 750-1250 mm/tahun, curah hujan yang tinggi dapat menghambat persarian.
- Kelembaban relatif yang tinggi sekitar 25% akan merangsang pertumbuhan tanaman yang masih muda karena asimilasi CO2 menjadi lebih baik melalui stomata yang membuka lebih banyak, tetapi juga akan merangsang mikroorganisme pengganggu tanaman dan ini berbahaya bagi tanaman

2. Pola Tanam
- Tanaman yang dianjurkan adalah jagung, padi, sorghum, kubis dan kacang-kacangan
- Dianjurkan tanam sistem tumpang sari atau tanaman sela untuk memberikan keadaan yang kurang disukai oleh organisme jasad pengganggu



3. Penyiapan Lahan
- Pilih lahan gembur dan subur yang sebelumnya tidak ditanami tomat, cabai, terong, tembakau dan kentang .
- Untuk mengurangi nematoda dalam tanah genangilah tanah dengan air selama dua minggu
- Bila pH rendah berikanlah kapur dolomite 150 kg/1000 m2 dan disebar serta diaduk rata pada umur 2-3 minggu sebelum tanam
- Buatlah bedengan selebar 120-160 cm untuk barisan ganda dan 40-50 cm untuk barisan tunggal
- Buatlah parit selebar 20-30 cm diantara bedengan dengan kedalaman 30 cm untuk pembuangan air.
- Berikan pupuk dasar 4 kg Urea /ZA + 7,5 kg TSP + 4 kg KCl per 1000 m2 diatas bedengan, aduk dan ratakan dengan tanah
- Atau jika pakai Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg / 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di atas bedengan.
- Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata diatas bedengan dosis 1-2 botol/1000 m2. Hasil akan lebih bagus jika diganti SUPER NASA (dosis ± 1-2 botol/1000 m2 ) dengan cara :
- alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
- alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 lt diberi 1 sendok peres makan SUPER NASA untuk menyiram + 10 meter bedengan
- Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet yang telah dicampur pupuk kandang (+ 1 minggu) merata di atas bedengan pada sore hari
- Jika pakai Mulsa plastik, tutup bedengan pada siang hari
- Biarkan selama 5-7 hari sebelum tanam
- Buat lubang tanam dengan jarak 60 x 80 cm atau 60 x 50 cm di atas bedengan, diameter 7-8 cm sedalam 15 cm


- Pilih varietas tahan dan jenis Hybryda ( F1 Hybryd )
- Bibit berdaun 5-6 helai daun (25-30 HSS=hari setelah semai) pindahkan ke lapangan
- Untuk mengurangi stress awal pertumbuhan perlu disiram dulu pada sore sehari sebelum tanam atau pagi harinya (agar lembab)


B. FASE PERSEMAIAN (0-30 HSS)
- Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah dan pupuk kandang 25 - 30 kg + Natural GLIO (1:1)
- Masukkan dalam polibag plastik atau contongan daun pisang atau kelapa
- Sebarlah benih secara merata atau masukkan satu per satu dalam polibag
- Setelah benih berumur 8-10 hari , pilih bibit yang baik, tegar dan sehat dipindahkan dalam bumbunan daun pisang atau dikepeli yang berisi campuran media tanam
- Penyiraman dilakukan setiap hari (lihat kondisi tanah)
- Penyemprotan POC NASA pada umur 10 dan 17 hari dengan dosis 2 tutup/tangki


C. FASE TANAM ( 0-15 HST=Hari Setelah Tanam )
- Bedengan sehari sebelumnya diairi ( dilep ) dahulu
- Bibit siap tanam umur 3 - 4 minggu, berdaun 5-6
- Penanaman sore hari
- Buka polibag plastik
- Benamkan bibit secara dangkal pada batas pangkal batang dan ditimbun dengan tanah di sekitarnya
- Selesai penanaman langsung disiram dengan POC NASA dengan dosis 2-3 tutup per + 15 liter air
- Sulam tanaman yang mati sampai berumur 2 minggu, caranya tanaman yang telah mati, rusak, layu atau pertumbuhannya tidak normal dicabut, kemudian dibuat lubang tanam baru, dibersihkan dan diberi Natural GLIO lalu bibit ditanam
- Pengairan dilakukan tiap hari sampai tomat tumbuh normal (Jawa : lilir), hati-hati jangan sampai berlebihan karena tanaman bisa tumbuh memanjang, tidak mampu menyerap unsur-unsur hara dan mudah terserang penyakit
- Amati hama seperti ulat tanah dan ulat grayak. Jika ada serangan semprot dengan Natural VITURA
- Amati penyakit seperti penyakit layu Fusarium atau bakteri dan busuk daun , kendalikan dengan menyemprot Natural GLIO dicampur gula pasir perbandingan 1:1. Untuk penyakit Virus, kendalikan vektornya seperti Thrips, kutu kebul (Bemissia tabaci), banci ( Aphis sp.), Kutu persik (Myzus sp.) dan tungau (Tetranichus sp.) dengan menyemprot Natural BVR atau Pestona secara bergantian
- Pasang ajir sedini mungkin supaya akar tidak rusak tertusuk ajir dengan jarak 10-20 cm dari batang tomat

D. FASE VEGETATIF ( 15-30 HST)
- Jika tanpa mulsa, penyiangan dan pembubunan pada umur 28 HST bersamaan penggemburan dan pemberian pupuk susulan diikuti pengguludan tanaman
- Setelah tanaman hidup sekitar 1 minggu semenjak tanam, diberi pupuk Urea dan KCl dengan perbandingan 1:1 untuk setiap tanaman (1-2 gram), berikan di sekeliling tanaman pada jarak ± 3 cm dari batang tanaman tomat kemudian ditutup tanah dan siram dengan air
- Pemupukan kedua dilakukan umur 2-3 minggu sesudah tanam berupa campuran Urea dan KCl (± 5 gr), berikan di sekeliling batang tanaman sejauh ± 5 cm dan sedalam ± 1 cm kemudian ditutup tanah dan siram dengan air.
- Bila umur 4 minggu tanaman masih kelihatan belum subur dapat dipupuk Urea dan KCl lagi (7 gram). Jarak pemupukan dari batang dibuat makin jauh ( ± 7 cm).
- Jika pakai Mulsa tidak perlu penyiangan dan pembubunan serta pupuk susulan diberikan dengan cara dikocorkan
- Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari
- Amati hama dan penyakit seperti ulat, kutu-kutuan, penyakit layu dan virus, jika terjadi serangan kendalikan seperti pada fase tanam
- Semprotkan POC NASA (4-5 tutup) per tangki atau POC NASA (3-4 tutup) + HORMONIK (1 tutup) setiap 7 hari sekali.
- Tanaman yang telah mencapai ketinggian 10-15 cm harus segera diikat pada ajir dan setiap bertambah tinggi + 20 cm harus diikat lagi agar batang tomat berdiri tegak.
- Pengikatan jangan terlalu erat dengan model angka 8, sehingga tidak terjadi gesekan antara batang dengan ajir yang dapat menimbulkan luka.

E. FASE GENERATIF (30 - 80 HST)
1. Pengelolaan Tanaman
- Jika tanpa mulsa penyiangan dan pembubunan kedua dilakukan umur 45-50 hari
- Untuk merangsang pembungaan pada umur 32 HST lakukan perempelan tunas-tunas tidak produktif setiap 5-7 hari sekali, sehingga tinggal 1-3 cabang utama / tanaman
- Perempelan sebaiknya pagi hari agar luka bekas rempelan cepat kering dengan cara; ujung tunas dipegang dengan tangan bersih lalu digerakkan ke kanan-kiri sampai tunas putus. Tunas yang terlanjur menjadi cabang besar harus dipotong dengan pisau atau gunting, sedangkan tanaman yang tingginya terbatas perempelan harus hati-hati agar tunas terakhir tidak ikut dirempel sehingga tanaman tidak terlalu pendek
- Ketinggian tanaman dapat dibatasi dengan memotong ujung tanaman apabila jumlah dompolan buah mencapai 5-7 buah
- Semprotkan POC NASA dan HORMONIK setiap 7-10 hari sekali dengan dosis 3-4 tutup POC NASA dan 1-2 tutup HORMONIK/tangki. - Agar tidak mudah hilang oleh air hujan dan merata tambahkan Perekat Perata AERO 810 dengan dosis 5 ml ( 1/2 tutup)/tangki.

2. Pengamatan Hama dan Penyakit
- Ulat buah (Helicoperva armigera dan Heliothis sp.). Gejala buah berlubang dan kotoran menumpuk dalam buah yang terserang. Lakukan pengumpulan dan pemusnahan buah tomat terserang, semprot dengan PESTONA
- Lalat buah (Brachtocera atau Dacus sp.).Gejala buah busuk karena terserang jamur dan bila buah dibelah akan kelihatan larva berwarna putih. - - Bersifat agravator, yaitu sebagai vektornya penyakit jamur, bakteri dan Drosophilla sp. Kumpulkan dan bakar buah terserang, gunakan perangkap lalat buah jantan (dapat dicampur insektisida)
- Busuk daun (Phytopthora infestans), bercak daun dan buah (Alternaria solani) serta busuk buah antraknose (Colletotrichum coccodes). Jika ada serangan semprot dengan Natural GLIO
- Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami (PESTONA, GLIO, VITURA) belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
- Busuk ujung buah. Ujung buah tampak lingkaran hitam dan busuk. Ini gejala kekurangan Ca ( Calsium). Berikan Dolomit.

F. FASE PANEN & PASCA PANEN (80 - 130 HST)
- Panen pada umur 90-100 HST dengan ciri; kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua mengering, batang menguning, pada pagi atau sore hari disaat cuaca cerah. Buah dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran buah dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik. Masukkan keranjang dan letakkan di tempat yang teduh
- Interval pemetikan 2-3 hari sekali.
- Supaya tahan lama, tidak cepat busuk dan tidak mudah memar, buah tomat yang akan dikonsumsi segar dipanen setengah matang
- Wadah yang baik untuk pengangkutan adalah peti-peti kayu dengan papan bercelah dan jangan dibanting
- Waspadai penyakit busuk buah Antraknose, kumpulkan dan musnahkan
- Buah tomat yang telah dipetik, dibersihkan, disortasi dan di packing lalu diangkut siap untuk konsumsi.
 


Sumber:http://indonesia-agriculture.blogspot.com/

Budidaya Terong

PENDAHULUAN
Prospek budidaya tanaman terong makin baik untuk dikelola secara intensif dan komersial dalam skala agribisnis, namun hasil rata-ratanya masih rendah. Hal ini disebabkan bentuk kultur budidaya yang masih sampingan, belum memadainya informasi teknik budidaya di tingkat petani.
PT. Natural Nusantara berusaha memberi alternatife solusi bagaimana teknik budidaya terong sehingga tercapai peningkatan produksi secara K-3, yaitu Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian lingkungan.

SYARAT TUMBUH
- Dapat tumbuh di dataran rendah tinggi
- Suhu udara 22 - 30o C
- Jenis tanah yang paling baik, jenis lempung berpasir, subur, kaya bahan organik, aerasi dan drainase baik dan pH antara 6,8-7,3
- Sinar matahari harus cukup
- Cocok ditanam musim kemarau
PEMBIBITAN
- Rendamlah benih dalam air hangat kuku + POC NASA dosis 2 cc per liter selama 10 -15 menit
- Bungkuslah benih dalam gulungan kain basah untuk diperam selama + 24 jam hingga nampak mulai berkecambah
- Sebarkan benih di atas bedengan persemaian menurut barisan, jarak antar barisan 10-15 cm
- Campurkan 1 pak Natural GLIO + 25-30 kg pupuk kandang halus diamkan seminggu, kemudian masukkan benih satu persatu ke polibag yang telah berisi campuran tanah dan pupuk kandang halus yang telah dicampur Natural GLIO tadi dengan perbandingan 2 : 1
- Tutup benih tersebut dengan tanah tipis
- Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun pisang
- Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya
- Siram persemaian pagi dan sore hari
- Semprot POC NASA dosis 2-3 tutup per tangki setiap 7-10 hari sekali
- Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan
- Bibit berumur 1-1,5 bulan atau berdaun empat helai siap dipindahtanamkan

PENGOLAHAN LAHAN
- Bersihkan rumput liar (gulma) dari sekitar kebun
- Olah tanah dengan cangkul ataupun bajak sedalam 30-40 cm hingga gembur
- Buat bedengan selebar 100-120 cm, jarak antar bedengan 40-60 cm, ratakan permukaan bedengan
- Jika pH tanah rendah, tambahkan Dolomit
- Sebarkan pupuk kandang 15-20 ton / ha, campurkan merata dengan tanah. Akan lebih optimal jika ditambah SUPERNASA atau jika tidak ada pupuk kandang dapat diganti SUPERNASA 10-20 botol / ha dengan cara :
Alternatif 1 : satu botol SUPERNASA diencerkan dalam 3 lt air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk untuk menyiram bedengan
Alternatif 2 : setiap 1 gembor volume 10 liter air diberi 1 sendok peres makan SUPERNASA untuk menyiram + 10 m bedengan

- Sebarkan pupuk dasar dengan campuran ZA atau Urea 150 kg + TSP 250 kg per ha dicampur dengan tanah secara merata atau sekitar 10 gr campuran pupuk per lubang tanam
- Sebarkan Natural GLIO 1-2 sachet yang telah dicampur pupuk kandang 25-50 kg merata ke bedengan atau ke lubang tanam
- Jika pakai Mulsa plastic, tutup bedengan pada siang hari
- Biarkan selama seminggu sebelum tanam
- Buat lubang tanam dengan jarak 60x70 cm / 70x70 cm

PENANAMAN
- Waktu tanam yang baik musim kering
- Pilih bibit yang tumbuh subur dan normal
- Tanam bibit di lubang tanam secara tegak lalu tanah di sekitar batang dipadatkan
- Siram lubang tanam yang telah ditanami hingga cukup basah (lembab)

PENGAIRAN
Dilakukan rutin tiap hari, terutama pada fase awal pertumbuhan dan cuaca kering, dapat di-leb atau disiram dengan gembor

PENYULAMAN
- Sulam tanaman yang pertumbuhannya tidak normal, mati atau terserang hama penyakit
- Penyulaman maksimal umur 15 hari

PEMASANGAN AJIR (TURUS)
- Lakukan seawal mungkin agar tidak mengganggu (merusak) sistem perakaran
- Turus terbuat dari bilah bambu setinggi 80-100 cm dan lebar 2-4 cm
- Tancapkan secara individu dekat batang
- Ikat batang atau cabang terong pada turus

PENYIANGAN
- Rumput liar atau gulma di sekitar tanaman disiangi atau dicabut
- Penyiangan dilakukan pada umur 15 hari dan 60-75 hari setelah tanam

PEMUPUKAN
Jenis dan Dosis Pupuk Makro disesuaikan dengan jenis tanah, varietas dan kondisi daerah menurut acuan dinas pertanian setempat. Berikut salah satu alternatif :
Jenis Pupuk
Pemupukan Susulan (kg/ha)
Umur 15 hari
Umur 25 hari
Umur 35 hari
Umur 45 hari
Urea
75
75
75
75
SP-36
50
-
-
-
KCl
-
75
100
75

Pemupukan diletakan sejauh 20 cm dari batang tanaman sebanyak 10 gram campuran pupuk per tanaman secara tugal atau larikan ditutup tanah dan disiram atau pupuk dikocorkan sebanyak 3,5 gram per liter air, kocorkan larutan pupuk sebanyak 250 cc per tanaman
Semprotkan 3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK per tangki setiap 1-2 minggu sekali

PEMANGKASAN ( PEREMPELAN )
Pangkas tunas-tunas liar yang tumbuh mulai dari ketiak daun pertama hingga bunga pertama juga dirempel untuk merangsang agar tunas-tunas baru dan bunga yang lebih produktif segera tumbuh

PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT

H A M A
1. Kumbang Daun (Epilachna spp.)
Gejala serangan adanya bekas gigitan pada permukaan daun sebelah bawah
Bila serangan berat dapat merusak semua jaringan daun dan tinggal tulang-tulang daun saja
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan kumbang, atur waktu tanam, pencegahan dengan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 setiap 1-2 minggu sekali.

2. Kutu Daun (Aphis spp.)
Menyerang dengan cara mengisap cairan sel, terutama pada bagian pucuk atau daun-daun masih muda
Daun tidak normal, keriput atau keriting atau menggulung
Sebagai vektor atau perantara virus
Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, pencegahan semprot PENTANA + AERO 810 atau Natural BVR setiap 1-2 minggu sekali.

3.Tungau ( Tetranynichus spp.)
Serangan hebat musim kemarau.
Menyerang dengan cara mengisap cairan sel tanaman, sehingga menimbulkan gejala bintik-bintik merah sampai kecoklat-coklatan atau hitam pada permukaan daun sebelah atas ataupun bawah.
Cara pengendalian sama seperti pada pengen dalian kutu daun.

4. Ulat Tanah ( Agrotis ipsilon Hufn.)
Bersifat polifag, aktif senja atau malam hari
Menyerang dengan cara memotong titik tumbuh tanaman yang masih muda, sehingga terkulai dan roboh
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan ulat, pencegahan siram atau semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810.

5.Ulat Grayak (Spodoptera litura, F.)
Bersifat polifag.
Menyerang dengan cara merusak (memakan) daun hingga berlubang-lubang.
Cara pengendalian; mengatur waktu tanam dan pergiliran tanaman, semprot dengan Natural VITURA.

6.Ulat Buah ( Helicoverpa armigera Hubn.)
Bersifat polifag, menyerang buah dengan cara menggigit dan melubanginya, sehingga bentuk buah tidak normal, dan mudah terserang penyakit busuk buah.
Cara pengendalian; kumpulkan dan musnahkan buah terserang, lakukan pergiliran tanaman dan waktu tanam sanitasi kebun, pencegahan semprotkan PESTONA atau PENTANA + AERO 810 setiap 1-2 minggu sekali

PENYAKIT
1. Layu Bakteri
Penyebab : bakteri Pseudomonas solanacearum
Bisa hidup lama dalam tanah
Serangan hebat pada temperatur cukup tinggi
Gejala serangan terjadi kelayuan seluruh tanaman secara mendadak

2. Busuk Buah
Penyebab : jamur Phytophthora sp., Phomopsis vexans, Phytium sp.
Gejala serangan adanya bercak-bercak coklat kebasahan pada buah sehingga buah busuk.

3. Bercak Daun
Penyebab : jamur Cercospora sp, Alternaria solani, Botrytis cinerea
Gejala bercak-bercak kelabu-kecoklatan atau hitam pada daun.

4. Antraknose
Penyebab : jamur Gloesporium melongena
Gejala bercak-bercak melekuk dan bulat pada buah lalu membesar berwarna coklat dengan titik-titik hitam

5.Busuk Leher akar
Penyebab ; Sclerotium rolfsii
Gejala pangkal batang membusuk berwarna coklat

6.Rebah Semai
Penyebab : Jamur Rhizoctonia solani dan Pythium spp.
Gejala batang bibit muda kebasah-basahan, mengkerut dan akhirnya roboh dan mati
Cara pengendalian Penyakit:
Tanam varietas tahan, atur jarak tanam dan pergiliran tanaman, perbaikan drainase, atur kelembaban dengan jarak tanam agak lebar, cabut dan buang tanaman sakit Rendam benih dengan POC NASA dosis 2 cc / lt + Natural GLIO dosis 1 gr/lt, Pencegahan sebarkan Natural GLIO yang telah dicampur pupuk kandang sebelum tanam ke lubang tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, sebagai alternative terakhir bisa digunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata Pembasah AERO 810 dosis 0,5 tutup botol per tangki

PEMANENAN
- Buah pertama dapat dipetik setelah umur 3-4 bulan tergantung dari jenis varietas
- Ciri-ciri buah siap panen adalah ukurannya telah maksimum dan masih muda.
- Waktu yang paling tepat pagi atau sore hari.
- Cara panen buah dipetik bersama tangkainya dengan tangan atau alat yang tajam.
- Pemetikan buah berikutnya dilakukan rutin tiap 3-7 hari sekali dengan cara memilih buah yang sudah siap dipetik.

Budidaya Kacang Panjang


I. Persiapan Lahan

Sebelum ditanami lahan dilakukan pembajakan dan digaru, untuk memperoleh struktur tanah yang gembur dan remah. Kemudian dibuat bedengan dengan ukuran 1-1,2 m atau dibentuk guludan dengan jarak antar guludan 1 m.



II. Penanaman

Kebutuhan benih kacang panjang 21 - 23 kg/ha, khusus untuk varietas KP-01 10,5 kg/ha karena jarak tanam KP-01 lebih besar dan berat bijinya lebih ringan. Sebelum penanaman dilakukan terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan cara ditugal dengan jarak dalam barisan 25 cm dan antar barisan 1 m. Perlubang tanam diisi 2 biji, hal ini dimaksudkan dalam satu lanjaran maksimal 4 tanaman. Setelah itu biji ditanam, ditutup dengan tanah/pupuk kandang yang sudah lembut/remah atau bisa juga dengan abu.



III. Pemeliharaan Tanaman

3.1. Pemupukan
Pemupukan pertama ( I ) dilakukan umur ± 12 hari dengan dosis ZA = 50 kg/ha, SP-36 = 100 kg/ha, KCL = 50 kg/ha. Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal, jaraknya 5 cm dari lubang tanam. Kemudian ditutup dengan tanah. Pemupukan kedua ( II ) dilakukan umur ± 28 hari dengan pupuk NPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam. Pemupukan ketiga ( III ) dilakukan umur ± 40 hari juga dengan pupuk NPK = 200 kg/ha dengan jarak 10 cm dari lubang tanam.

3.2. Pemasangan Lanjaran
Pemasangan lanjaran dilakukan 10-15 hari setelah tanam ( hst ), kira-kira tinggi tanaman 15-25 cm. Pemasangan lanjaran diantara 2 lubang tanam sehingga jarak antar lanjaran 50 cm. Setiap 5 lanjaran perlu ditambah lanjaran/diperkuat, dengan cara dipasang silang.



3.3. Pemasangan Tali
Pemasangan tali dilakukan setelah pemasangan lanjaran selesai. Tali berguna membantu mengarahkan/merambatkan tanaman. Pemasangan tali ada dua tahap. Tahap I pada ketinggian ± 70 cm dari lanjaran. Tahap II pada ketinggian ± 150 cm dari lanjaran

3.4. Merambatkan
Membantu merambatkan bertujuan untuk mengarahkan pertumbuhan tanaman baik pucuk tanamn maupun cabang-cabang tanaman. Diharapkan tanaman merambat pada lanjaran dan tali yang telah dipasang, sehingga buah/polong tidak tergeletak di tanah.


3.5. Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebelum dilakukan pemupukan, atau dilakukan sewaktu-waktu saat gulma sudah mengganggu pertumbuhan tanaman.

3.6. Pengairan
Pengairan diberikan sesuai kebutuhan, yang terpenting dijaga agar tanaman tidak kelebihan atau kekurangan air. Pengairan sebaiknya dilakukan setelah pemupukan dilakukan. Sedangkan pada musim hujan, pengairan cukup dari air hujan.

3.7. Cek Offtype (Tipe Simpang)
Dilakukan setelah tanaman keluar polong. Dari polong bisa dibedakan dari warna dan panjang polong. Bila polong sudah tua, polong dapat dipecah untuk melihat ada tidaknya CVL dari warna polong.


IV. Hama dan Penyakit
4.1. Hama dan Pengendaliannya
Hama-hama tanaman kacang panjang adalah :
4.1.1. Thrips
Thrips menyerang bagian pucuk tanaman sehingga tanaman menjadi keriting dan kering, sering juga menyerang tunas atau pucuk, sejak tanaman masih kecil hingga besar. Ciri tanaman dewasa dapat berakibat kerontokan pada bunga dan serangan terjadi pada musim kemarau. Pengendalian thrips dengan menggunakan pestisida Winder, Promectin, Agrimec, Confidor dll dengan dosis sesuai anjuran.
4.1.2. Tungau (Mites)
Tanaman yang terserang tungau akan tampak dari daun-daun yang menggulung ke bawah, dan warnanya hijau kehitaman. Dalam kondisi parah, tanaman dapat mengalami kerontokan daun. Pengendalian dengan menggunakan Samite, Omite, Mitac dengan dosis sesuai anjuran.
4.1.3. Aphids sp.
Serangan Aphids sp. hampir sama dengan serangan thrips, hanya, bedanya jika pada serangan Aphids, daun menjadi hitam karena tumbuh jamur jelaga yang tumbuh pada kotoran Aphids. Apids dapat dikendalikan dengan Winder, Supracide dll, dengan dosis sesuai anjuran.
4.1.4. Ulat Polong.
Hama ulat bunga menyebabkan kerontokan pada bunga. sedangkan ulat polong menyebabkan kerusakan pada bagian polong. Kerusakan ini menimbulkan pembusukan bagian tersebut akibat aktifitas mikoorganisme yang berasal dari kotoran ulat tersebut. Hama-hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan Winder dengan dosis sesuai dengan rekomendasi.
4.2. Penyakit dan Pengendaliannya
4.2.1 .Penyakit layu
Penyakit ini bias disebabkan oleh jamur Pytium maupun oleh bakteri Pseudomonas sp. Penyakit ini dapat dicegah dengan kocor dengan Kocide 77, maupun dengan semprot. Sedangkan pengendalian bakteri dengan kocor Bactomycin atau Agrimycin dengan dosis sesuai anjuran.

V. Panen dan Pasca Panen
Panen dilakukan setelah polong berwarna coklat dan umur tanaman sekitar 60-70 hari. Panen dilakukan dengan memetik polong yang sudah tua dan biji sudah mulai megeras. Kemudian dijemur diatas terpal atau dibuatkan para-para ditempat yang panas. Setelah kering dipipil dengan alat perontok, biji juga dengan cara manual yaitu dupukul/digebug. Biji hasil pipilan dikeringkan lagi dan disortir, untuk memisahkan biji yang baik dengan biji yang jelek (berlubang, kepeng, kecil).

Budidaya Kacang Tanah


I. PENDAHULUAN
Kacang tanah (Arachis hypogeae L.) merupakan tanaman pangan yang mendapat prioritas kedua untuk dikembangkan dan ditingkatkan produksinya setelah padi. Hal ini didorong dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan pangan, bahan baku industri dan pakan ternak. Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro serta hormon pertumbuhan. Disamping itu juga karena faktor hama dan penyakit tanaman, faktor iklim, serta faktor pemeliharaan lainnya.
II. SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
a. Curah hujan antara 800-1.300 mm/tahun. Hujan yang terlalu keras akan mengakibatkan bunga sulit terserbuki oleh serangga dan akan meningkatkan kelembaban di sekitar pertanaman kacang tanah.
b. Suhu udara sekitar 28-320C. Bila suhunya di bawah 100C, pertumbuhan tanaman akan terhambat, bahkan kerdil.
c. Kelembaban udara berkisar 65-75 %.
d.Penyinaran matahari penuh dibutuhkan, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang.

2.2. Media Tanam
a. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah gembur / bertekstur ringan dan subur.
b. pH antara 6,0-6,5.
c. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati.
d. Drainase dan aerasi baik, lahan tidak terlalu becek dan kering baik bagi pertumbuhan kacang tanah.

2.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian penanaman optimum 50 - 500 m dpl, tetapi masih dapat tumbuh di bawah ketinggian 1.500 m dpl.

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
3.1. Pembibitan
3.1.1. Persyaratan Benih
Syarat-syarat benih/bibit kacang tanah yang baik adalah:
a. Berasal dari tanaman yang baru dan varietas unggul.
b. Daya tumbuh yang tinggi (lebih dari 90 %) dan sehat.
c. Kulit benih mengkilap, tidak keriput dan cacat.
d. Murni atau tidak tercampur dengan varietas lain.
e. Kadar air benih berkisar 9-12 %.

3.1.2. Penyiapan Benih
Benih sebaiknya disimpan di tempat kering yang konstan dan tertutup rapat. Untuk menjamin kualitas benih, lebih baik membeli dari Balai Benih atau Penangkar Benih yang telah ditunjuk oleh Balai Sertifikasi Benih.

3.2. Pengolahan Media Tanam
3.2.1. Persiapan dan Pembukaan lahan
Pembukaan lahan dengan pembajakan dan pencangkulan untuk pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya, serta untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit.

3.2.2. Pembentukan Bedengan 
Buat bedengan ukuran lebar 80 cm, panjang menyesuaikan, ketebalan bedengan 20-30 cm. Diantara bedengan dibuatkan parit.

3.2.3. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam dilakukan pengapuran dengan dosis + 1 - 2,5 ton/ha selambat-lambatnya 1 bulan sebelum tanam.

3.2.4. Pemberian Natural GLIO
Untuk mencegah terjadinya serangan jamur berikan Natural GLIO. Pengembangbiakan Natural GLIO dengan cara: 1-2 sachet Natural GLIO dicampur dengan 50-100 kg pupuk kandang untuk lahan 1000 m2. Selanjutnya didiamkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari + 1 minggu dengan selalu menjaga kelembabannya dan sesekali diaduk (dibalik) . Pemberian Natural GLIO pada sore hari.

3.2.5. Pemberian Pupuk Makro dan SUPER NASA
Jenis dan dosis pupuk setiap hektar adalah:
a. Pupuk kandang 2 - 4 ton/ha, diberikan pada permukaan bedengan kurang lebih seminggu sebelum tanam, dicampur pada tanah bedengan atau diberikan pada lubang tanam.
b. Pupuk anorganik : SP-36 (100 kg/ha), ZA (100 kg/ha) dan KCl (50 kg/ha) atau sesuai rekomendasi setempat.
c. Siramkan pupuk POC NASA yang telah dicampur air secara merata di atas bedengan dengan dosis ± 1-2 botol (500-1000 cc) diencerkan dengan air secukupnya untuk setiap 1000 m2 (10-20 botol/ha). Hasil akan lebih bagus jika menggunakan SUPER NASA.

Adapun cara penggunaan SUPER NASA sbb :
alternatif 1 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk. Setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi untuk menyiram bedengan.
alternatif 2 : setiap 1 gembor vol 10 lt diberi 1 peres sendok makan Super Nasa untuk menyiram + 10 meter bedengan.

Semua dosis pupuk makro diberikan saat tanam. Pupuk diberikan di kanan dan kiri lubang tugal sedalam 3 cm.

3.3. Teknik Penanaman
3.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola tanam memperhatikan musim dan curah hujan. Pada tanah yang subur, benih kacang tanah ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 40 x 15 cm, 30 x 20 cm, atau 20 x 20 cm.

3.3.2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat sedalam 3 cm menggunakan tugal dengan jarak seperti yang telah ditentukan di atas.

3.3.3. Perendaman

Benih dengan POC NASA 
Pilih benih yang baik dan agar benih dapat berkecambah dengan cepat dan serempak, benih direndam dalam larutan POC NASA (1-2 cc/liter air) selama + 0,5 1 jam.

3.3.4. Cara Penanaman
Masukan benih 1 atau 2 butir ke dalam lubang tanam dengan tanah tipis. Waktu tanam yang paling baik dilahan kering pada awal musim hujan, di lahan sawah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (palawija I) atau bulan Juli-September (palawija II).

3.4. Pemeliharaan Tanaman
3.4.1. Penyulaman
Sulam benih yang tidak tumbuh atau mati, untuk penyulaman lebih cepat lebih baik (setelah yang lain kelihatan tumbuh ± 3-7 hari setelah tanam).

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali umur 1 dan 6 minggu dengan hati-hati agar tidak merusak bunga dan polong.
Pembumbunan dilakukan bersamaan saat penyiangan, bertujuan untuk menutup bagian perakaran.

3.4.3. Pemberian POC NASA dan HORMONIK
Penyemprotan POC NASA dilakukan 2 minggu sekali semenjak berumur 1-2 minggu (4-5 tutup POC NASA/tangki). Kebutuhan total POC NASA untuk pemeliharaan 1-2 botol per 1000 m2 (10-20 botol/ha). Akan lebih bagus jika penggunaan POC NASA ditambahkan HORMONIK (3-4 tutup POC NASA + 1 tutup HORMONIK/tangki). Pada saat tanaman berbunga tidak dilakukan penyemprotan, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.5. Pengairan dan Penyiraman
Pengairan dilakukan agar tanah tetap lembab. Untuk menjaga kelembaban pada musim kemarau dapat diberikan mulsa (jerami dan lain-lain). Saat berbunga tidak dilakukan penyiraman, karena dapat mengganggu penyerbukan.

3.4.6. Pemeliharaan Lain
Hal-hal lain yang sangat menunjang faktor pemeliharaan bisa dilakukan, misalnya pemangkasan, perambatan, pemeliharaan tunas dan bunga serta sanitasi lingkungan lahan (dijaga agar menunjang kesehatan tanaman).

3.5. Hama dan Penyakit
3.5.1. Hama
a. Uret 
Gejala: memakan akar, batang bagian bawah dan polong. Akhirnya tanaman layu dan mati. Pengendalian: olah tanah dengan baik, penggunaan pupuk kandang yang sudah matang, menanam serempak, penyiangan intensif, Penggunaan Pestona dengan cara disiramkan ke tanah, jika tanaman terlanjur mati segera dicabut dan uret dimusnahkan.
b. Ulat Penggulung Daun
Gejala: daun terlipat menguning, akhirnya mengering. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
c. Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat memakan epidermis daun dan tulang secara berkelompok. Pengendalian: (1) bersihkan gulma, menanam serentak, pergiliran tanaman; (2) penyemprotan menggunakan Natural Vitura.
d. Ulat Jengkal (Plusia sp)
Gejala: menyerang daun kacang tanah. Pengendalian: penyemprotan menggunakan Pestona.
e. Kumbang Daun
Gejala: daun tampak berlubang, daun tinggal tulang, juga makan pucuk bunga. Pengendalian: (1) penanaman serentak; (2) penyemprotan menggunakan Pestona.

3.5.2. Penyakit
a. Penyakit layu atau “Omo Wedang”
Penyebab: bakteri Xanthomonas solanacearum (E.F.S.). Gejala: daun terkulai seperti disiram air panas, akhirnya mati. Bila dipotong tampak noda coklat pada bagian pembuluh kayu dan bila dipijit keluar lendir kekuningan. Akar tanaman membusuk. Pengendalian: Pergiliran tanaman, gunakan varietas yang tahan. Penting melakukan pencegahan menggunakan Natural GLIO.
b. Penyakit sapu setan
Penyebab: Mycoplasma (sejenis virus). Diduga ditularkan serangga sejenis Aphis. Gejala: bunga berwarna hijau tua seperti daun-daun kecil, ruas-ruas batang dan cabang menjadi pendek, daun-daun kecil rimbun. Pengendalian: tanaman dicabut, dibuang dan dimusnahkan, semua tanaman inang dibersihkan (sanitasi lingkungan), menanam tanaman yang tahan, menanggulangi vektornya menggunakan Pestona atau Natural BVR.
c. Penyakit Bercak Daun
Penyebab : Jamur Cercospora personata dan Cercospora arachidicola. Gejala: timbul bercak-bercak berukuran 1-5 mm, berwarna coklat dan hitam pada daun dan batang. Pengendalian: dengan menggunakan Natural GLIO di awal tanam sebagai tindakan pencegahan.
d. Penyakit Gapong
Penyebab: diduga Nematoda. Gejala: Polong kosong, juga bisa busuk. Pengendalian: tanahnya didangir dan dicari nematodanya.
e. Penyakit Sclerotium
Penyebab: cendawan Sclerotium rolfsii. Gejala: tanaman layu. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, air jangan sampai menggenang, membakar tanaman yang terserang cendawan. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam
f. Penyakit Karat
Penyebab: cendawan Puccinia arachidis Speg. Gejala: pada daun terdapat bercak-bercak coklat muda sampai coklat (warna karat). Daun gugur sebelum waktunya. Pengendalian: gunakan varietas yang resisten, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar. Pencegahan: gunakan Natural GLIO pada awal tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.
3.6. Panen
Umur panen tanaman kacang tanah tergantung dari jenisnya yaitu umur pendek ± 3-4 bulan dan umur panjang ± 5-6 bulan. Adapun ciri-ciri kacang tanah sudah siap dipanen antara lain:
a) Batang mulai mengeras.
b) Daun menguning dan sebagian mulai berguguran, Polong sudah berisi penuh dan keras.
c) Warna polong coklat kehitam-hitaman.